Maria Ardianti Kurnia Sari

Selama ini aku memang memimpikan sosok kakak laki-laki Sosok kakak impian yang akhirnya datang ke dunia nyata Memang selama ini kita tidak saling mengenal Tapi di situlah kita dipertemukan dengan cara dan cerita yang unik Maaf kalau selama ini belum bisa jadi "adik pendengar" yang baik Tapi dari situlah doa terbaik terucap I like the way you call me "Dik" It sounds... you are really the real brother in my life Terima kasih sudah anggap aku jadi adikmu Terima kasih sudah mempercayaiku sebagai teman ceritamu Terima kasih karena sudah menjadi "the real brother for me" Terima kasih karena sudah menjawab mimpi dan imajinasiku selama ini... Best, -MAKS- Yogyakarta, 22 Mei 2016 22:06 WIB

Hujan deras kembali turun hari ini, seketika itu ada sebuah pertanyaan muncul di benakku, “Bagian tubuh mana yang paling kamu sukai? Mata? Hidung? Telinga?” Sebagian besar orang begitu mengagumi bagian dari wajah mereka, ekspresi wajah mereka, dan senyum mereka karena selalu memancarkan keceriaan pemiliknya. Aku pun begitu, selalu menyukai bagian wajah entah hidung mereka, mata mereka, atau pipi mereka. Namun itu semua hanyalah fana belaka. Sebuah ekspresi yang tidak pernah terduga dari satu wajah dan wajah-wajah yang lain. “Bagian tubuh manakah yang selalu berekspresi ketika sedih dan senang? Wajah,” pertanyaanku muncul lagi. Semua orang tahu jawaban itu. Di sisi lain, aku begitu menyukai ekspresi bagian tubuh yang lain, yakni punggung. Punggung? Iya punggung. Cerita ini memang sudah lama terpikirkan, tapi baru kali ini sempat dituliskan. Punggung; tanpa ekspresi, tanpa bualan, tanpa menyakiti orang lain, namun selalu merasa disakiti dan tersakiti. Sebagian besar orang pa

Aku adalah aku Dengan pola pikirku Dengan keegoisanku Dengan pendirianku Aku adalah aku Biarkanlah orang lain menilai Tentang gaya bahasaku Tentang kepribadianku Aku adalah aku Dan inilah aku Entah suka ataupun tidak Dengan segala kekurangan dan kelebihanku Maria Ardianti Kurnia Sari Yogyakarta, 30 April 2016 22:30 WIB

"Aku ini siapa?" Kalimat tersebut baru saja muncul ketika Kelas Creative Writing hari ini telah usai. Saya: " 'Aku ini siapa?' Bagus tuh kalau dibuat flash fiction." Rian: "Iya bagus itu." Saya: "Mau dibuat cerita berbahasa apa?" Caca: "Inggris lah." Rian: "Bagus kalau pakai bahasa Indonesia." Saya: "Terus jadinya bahasa apa?" Pertanyaan itu muncul begitu saja. Terkadang kita memang sering berpikir siapakah diri kita yang sebenarnya sampai-sampai banyak pertanyaan bertertebaran di dalam pikiran kita. Aku ini siapa? Terkadang memang perlu mendongak ke atas untuk melihat dan membayangkan Sang Pencipta, dan terkadang juga harus melihat ke bawah untuk berefleksi diri. Aku ini siapa? Bukan orang lain yang mengetahui jawabannya, melainkan kita sendiri yang tahu. Maria Ardianti Kurnia Sari Yogyakarta, 18 Maret 2015 19:00 WIB