Ketika Cinta Tak Harus Memiliki

Cerita ini berawal ketika Atha duduk di kelas VII. Setelah lulus dari SD ia melanjutkan sekolah di salah satu sekolah swasta di Yogykarta. Di tempat itulah Atha memulai hidup baru dengan mengukir prestasi-prestasi dibidang musik karena di kala SD ia mengikuti sebuah grup vokal bernama Charitas Singer. Di sekolah baru itulah Atha menemukan sebuah kejadian terbesar yang pertama kali dialaminya. Ia bertemu dengan seorang kakak kelas yang bernama Nugie.

Di saat pagi hari di sekolah dengan tidak sengaja Atha menabrak Nugie di lapangan basket.

“Ups.. maaf kak.” kata Atha.

“Gak apa, kamu anak baru tahun ajaran ini kan? Siapa namamu dek?” jawab Nugie dengan wajah ramah.

“Iya kak. Atha kak. Maaf kak aku buru-buru karena ada kelas pratikum.” dengan wajah merah dan segera meninggalkan Nugie di lapangan.

Kejadian pertama tersebut tidak pernah dilupakan oleh Atha, karena di mana mereka pertama bertegur sapa dan bertatap muka. Hari demi hari terus berjalan sampai tahun ajaran pun tidak terasa berganti, Nugie yang kini duduk di kelas IX dan Atha duduk di kelas VIII. Atha dan Nugie pun menjadi semakin dekat seraya kakak dan adik. Tidak hanya di sekolah, di rumah pun mereka juga saling berkirim pesan. Sampai saat malam minggu pun Nugie mengajak Atha untuk pergi menikmati Jogja di malam hari.

“Atha, malam minggu ini kamu ada acara gak? Kalau enggak ada acara aku pingin ajak kamu jalan.”

“Kebetulan banget kak aku lagi gak ada acara. Mmm.. rencana mau pergi kemana ya? Jadi penasaran kak.”

“Ya itu lihat aja nanti. Pasti seneng deh.”

Akhirnya mereka pun menikmati malam minggu dengan penuh keakraban. Melewati Tugu Jogja di malam hari, menyaksikan indahnya bulan purnama di alun-alun selatan. Atha pun semakin memiliki perasaan terhadap Nugie. Namun di dalam hatinya ia terus bertanya apakah Nugie juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Kegalauan hatinya pun kian lama menjadi kian memuncak. Sampai-sampai ketika Nugie ulang tahun, Atha memberinya kado istimewa yang dibelinya dengan uang tabungannya.

“Kak Nugie, selamat ulang tahun ya...” kata Atha seraya memberikan kado.

“Terima kasih adekku. Kamu orang pertama yang hari ini ngucapin selamat ulang tahun ke aku.” jawab Nugie.

“Sama-sama kak. Semoga kakak seneng ya sama kadonya.”

“Pasti dong, apalagi ini kado dari kamu. Atha, ada satu hal yang mau aku bilang ke kamu. Aku cuma mau ngucapin terima kasih sama kamu.”

“Terima kasih untuk?”

“Terima kasih untuk semuanya. Perhatianmu, kejujuranmu dan kepolosanmu. Ya kalau boleh jujur baru kali ini ada cewek yang deket sama aku sampai segitunya.”

Dengan wajah memerah Atha menjawab, “Ah.. Kak Nugie ini bisa aja membualnya.”

“Hahaha memang bener kok. Sekarang panggilnya ga usah pake Kak dong. Nugie aja. Biar lebih akrab. Ada lagi yang mau aku katakan ke kamu. Lulus SMP nanti aku mau lanjut ke Seminari.”

“Apa? Seminari?”

“Iya, panggilan hidup aku sudah menuju ke sana. Gak apa kan? Kita tetep bisa berhubungan kok.” jawab Nugie dan mencium kening Atha.

“Doaku selalu menyertaimu Nugie.”

“Makasih sekali lagi.”

Gejolak batin yang dialami Atha begitu berat. Karena secara mendadak Nugie mengatakan untuk melanjutkan belajar ke Seminari sekolah calon Romo yang artinya cintanya selama ini tidak akan pernah terbalaskan. Kelulusan pun diumumkan, tekad Nugie untuk melanjutkan ke Seminari sudah bulat. Hanya doa dan dukungan yang biasa Atha berikan untuk Nugie. Tahun-tahun pergi begitu saja. Tidak terasa Atha sudah sedikit melupakan peristiwa pahit yang menimpa dirinya.
***

Kini Atha duduk di bangku SMA swasta di Yogyakarta. SMA di mana murid-muridnya perempuan semua. Di sanalah Atha melampiaskan kekecewaannya. “No Man No Cry.” Semboyan baru untuknya. Malam minggu tiba, kelas Atha akan mengadakan sebuah acara makrab yang akan diikuti dua sekolah. Dalam acara itu, ada seorang laki-laki yang ingin mengenal Atha. Ia bernama Alex.

“Halo.. Boleh dong kenalan. Aku Alex. Kamu?”

“Atha”

“Yah ketus amat mbak.”

“(Diam dan pergi meninggalkan Alex)”

 Senin pagi di sekolah berita tentang kedekatan Alex dan Atha tersebar luas. Sampai ada kabar kalau Alex akan menjemput dan menunggu Atha di depan sekolah. Dengan cuek Atha meninggalkannya begitu saja. Alex juga dengan nekat mengirimkan pesan singkat kepada Atha yang menyatakan bahwa ia suka dengan Atha. Dengan keras hati Atha menolaknya mentah-mentah.

Masalah itu pun kian lama memudar. Atha pun dengan semangat kini menjalani hari-harinya di sekolah. Melupakan Alex sama dengan melupakan Nugie. Meskipun di saat itu adalah hari ulang tahun Nugie yang ke-17. Sekolah Atha juga mengikuti ajang bergengsi DBL kala itu. Yang akan melawan sekolah satu yayasan dan akhirnya dimenangkan oleh sekolah Atha. Di dalam GOR dengan tidak sengaja ada yang memanggil nama Atha. Ia adalah Alex. Atha hanya menyapa sedikit lalu pergi.

Kekecewaan Atha datang lagi ketika sekolah Seminari Nugie datang ke Yogyakarta untuk mengiringi misa di salah satu gereja ternama di Yogyakarta. Kala itu  Atha yang sudah berjanji untuk datang namun semuanya gagal. Hujan lebat turun sehingga membuyarkan keinginannya untuk datang dan bertemu dengan Nugie. Orang yang sudah 2 tahun tidak ia temui semenjak Nugie masuk Seminari. Kontak masih tetap ada, namun Nugie hanya menganggap Atha seperti adik kandungnya.

Gejolak batin yang dialami Atha kian menjadi, masalahnya ini ia bawa sampai ia duduk di kelas XI. Ia masih saja kepikiran dengan sikapnya terhadap Alex yang begitu keras. Menolak mentah-mentah ketika ada seorang laki-laki yang ingin menjadi kekasihnya. Sampai-sampai kegalauan hati Atha tidak tertahan dan ia menceritakan hal tersebut kepada sahabatnya. Sahabat yang sudah selama 1 tahun mengenal Alex.
***

Siang harinya, Rara teman sekelas Atha berniat untuk mengundangnya ke acara pesta ulang tahunnya yang ke 17 di sebuah hotel berbintang. Malam sebelum menjelang ulang tahun Rara, Atha menceritaka segala kegalauan di hatinya, ia takut kalau-kalau di ulang tahun Rara ia akan bertemu dengan Alex. Ia takut kalau Alex akan bersikap dingin dengan Atha. Pesta yang katanya akan terdengar begitu meriah akan terlaksana di malam minggu. Atha berniat bila Alex menyapanya maka ia akan menjawab.

Keesokan malamya Atha datang ke pesta ulang tahun Rara, dan benar saja ia bertemu Alex,

“Hai Atha. Udah lama gak ketemu. Apa kabar nih?”

Dengan takut dan heran Atha menjawab, “E..e.. Halo juga. Kabar baik.”

“Kamu kenapa? Kok gugup? Teringat peristiwa yang dulu ya?”

“E...e... hehehehehe”

“Santai aja kali Tha, lupain masalah itu. Aku udah ada yang lain kok. Gak usah takut, aku ga akan gigit kamu kok. Sekarang kita temenan mau ya?!!”

“Haa?!! Ma..makasih ya. Oke. Sekarang kita temenan deh. Maafin aku ya atas kelakuanku yang dulu. Waktu itu aku lagi ada masalah sama temen SMP aku. Jadi ya begitu deh.”

“Oke. Gak apa. Seakarang nikmati pestanya yuk. Hmm... nanti aku anter pulang mau gak? Tenang Gak akan ada yang cemburu.”

“Makasih ya.”

Pesta yang begitu meriah selesai sudah pukul 23.30. Alex mengantar Atha pulang. Sampai di rumah tanpa ada angin apa pun Nugie mengirim pesan singkat. Ia bercerita segala hal karena memang itu hobinya. Di saat-saat terakhir pesan singkat itu, Nugie berkata,

“Atha, kamu tau? Aku lagi deg-degan nih.”

“Deg-degan kenapa? (dengan harap-harap cemas).”

“Tadi pagi aku nembak cewek.”

“Apa? Ka..kamu kan di Seminari.”

“Diem-diem nih ceritanya. Hehehe. Tapi tenang aku ga akan ngelupain kamu kok. Eh udah yak.. met bobok adekku. Inget besok ke gereja. ”

Di dalam hati ia merasa kecewa. Namun apa daya kalau semuanya kini sudah menjadi sebuah jalan cerita yang sudah ditentukan oleh-Nya. Di dalam benaknya Atha hari itu pun merasa bersyukur dan berdoa,

“Tuhan, terima kasih atas hari yang indah ini. Hari ini temanku Rara sudah menginjak masa dewasa 17 tahun. Terima kasih juga Tuhan, karena Alex sudah melupakan segala hal yang sudahpernah aku lakukan padanya di masa lalu. Dan yang terakhir Tuhan, baru saja Nugie mengirim pesan kalau ia kini sedang menjain hubungan dengan seorang perempuan yang ia cintai. Buat dia bahagia Tuhan, karena bagiku bila orang yang kau sayang bahagia maka aku kana lebih bahagia. Amin”

Marah, kecewa sedih itu yang dirasakan oleh Atha. Di sisi lain ia merasa bahagia karena Alex tidak bersikap dingin kepadanya ketika menghadiri acara ulang tahun Rara. Setelah selesai berdoa, Atha tersadar bahwa “Cinta Tak Harus Memiliki”. Tanpa sadar jam tangannya sudah menunjuk pukul 24.00, dan kini Atha pergi tidur dengan wajah sumringah karena semua kegalauannya sudah lenyap meski belum semuanya.

“Setidaknya aku sudah pernah berbuat baik terhadap orang yang aku cintai, namun itu semua hanya Tuhan yang tahu dengan siapa kelak aku akan berbahagia meski bukan dengannya. Mimpi indah Nugie dan Alex. Terima kasih untuk hari ini.”
                                                                                                                                                                                                                                                            


                                                                 
                                                                                    Yogyakarta, 10 Feb’12
                                                                                            At 22.20 pm

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

If We Hold On Together