Filosofi Stik Es Krim
Filosofi stik es krim. Itulah yang
pertama kali saya pikirkan dalam benak saya. Pada saat PPKM (Pelatihan Pengembangan
Kepribadian Mahasiswa), saya dan teman-teman sartu kelas diminta untuk membuat
sebuah hasta karya yang nantinya di hari terakhir akan dipresentasikan. Awalnya
bingung ingin membuat apa. Pada akhirnya saya memanfaatkan sisa dari beberapa
stik es krim yang kemudian saya bentuk menjadi sebuah tempat pensil.
Tempat pensil ini memang sengaja saya
bentuk zig-zag, selain untuk membentuk nilai seni dan tidak cenderung monoton.
Dari PPKM tadi, kami diminta untuk menguraikan filosofi dari hasta karya yang
sudah kami buat dengan menghubungkan antara modul 1 sampai modul 4. Modul 1
sendiri membahas mengenai “Tilik Diri, Menggali Potensi” jadi kami diminta
untuk melihat siapakan diri kita yang sebenarnya. Modul 2 membahas tentang “Generasi
Masa Kini: Net-Generation Generasi
yang Tidak Peduli?”. Modul 3 membahas tentang “Menjadi Proaktif: Menuju Pribadi
Cerdas dan Humanis”. Dan modul 4 membahas tentang, “Digelorakan Impian”.
Lantas dari keempat modul di atas,
saya sengaja membuat tempat pensil tersebut dengan berbagai alasan yang saya pikir
ada hubungannya dengan materi dari modul-modul tersebut.
1. Dilihat dari bentuknya, yakni
zig-zag. Saya berpikir bahwa setiap orang pasti memiliki mimpi yang lebih dari satu, apabila tempat pensil
ini tidak zig-zag maka orang berpikir bahwa, “Wah dia hanya punya satu mimpi
dan dia terlalu fokus pada mimpi itu. Lantas kalau mimpi itu belum atau tidak tercapai,
apakah dia akan putus asa dan tidak akan mencoba lagi?”
Dari pikiran itulah, saya berpikir kalau orang yang memiliki mimpi lebih dari
satu dan kalau salah satu mimpinya belum tercapai, maka dia akan mencoba
mewujudkan mimpi yang lain.
2. Dari warna tempat pensil itu sendiri.
Saya sengaja memilih warna natural karena setiap orang dalam mewujudkan
mimpinya pasti dengan cara yang natural. Tidak aneh-aneh dan pasti akan
mendapat sebuah kebangaan kalau orang tersebut da[at mewujudkan mimpinya dengan
usahanya sendiri.
3. Mengapa memilih tempat pensil? Karena
saya pikir tempat pensil merupakan wadah dari berbagai macam alat tulis,
contohnya: pulpen, pensil, penggaris, dan sebagainya. Tempat pensil ini saja
bisa dimasuki berbagai macam bentuk dengan ukuran yang berbeda. Kalau dihubungkan
dengan manusia, kita harus menerima siapa saja yang ada disekitar kita. Entah mereka
berasal dari mana, dengan adat istiadat yang berbeda tanpa membeda-bedakan
suku, ras, agama, dan budaya.
4. Dan yang terakhir, mengapa memilih “Stik
Es Krim”? Saya suka hal yang sederhana. Dari hal yang sederhana itulah dapat
diwujudkan menjadi hal yang luar biasa dan bernilai lebih. Kalau hanya ada satu
stik es krim, maka tidak ada bentuk dan manfaatnya. Namun apabila stik es krim
tersebut disusun dan dibentuk, maka orang akan tahu makna dari bentuk dan manfaatnya.
Dari PPKM ini saya belajar banyak hal, bahwa untuk mencapai sebuah
kesuksesan, kita harus mengenali dahulu siapakah kita yang sebenarnya. Setelah itu,
kita juga harus banyak bergaul dan tidak sibuk dengan diri kita sendiri serta
tidak disibukkan dengan media sosial yang hanya bisa berkenalan dengan orang
yang bahkan tidak kita kenal. Selain itu kita juga dituntut menjadi pribadi
yang “Proaktif” bukan malah menjadi pribadi yang “Reaktif”. Pribadi yang “Proaktif”
adalah pribadi yang mana dapat bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang
dipilihnya sedangkan pribadi yang “Reaktif” merupakan pribadi yang tidak bisa
bertanggung jawab. Dan yang terakhir adalah “Digelorakan Impian” yang mana
menuntut kita untuk terus mencoba untuk meraih mimpi yang ingin kita capai. Jangan
sampai lengah dan jangan sampai putus asa hanya karena kita pernah gagal ketika
ingin mewujudkan mimpi itu.