Berimajinasilah!!
Imajinasi. Siapa yang tidak suka dengan “imajinasi”. Banyak orang
menciptakan hal-hal baru karena mereka menggunakan imajinasi untuk
merancang hasil karya. Hal tersebut juga pernah dikatakan oleh salah
satu dosen saya ketika saya dan seorang teman saya mewawancarai beliau. Saat itu
kami sedang mengerjakan tugas akhir semester 4 untuk mata kuliah Creative Writing. Kelompok saya
mengusulkan tema “IMAJINASI” sebagai pokok bahasan pembuatan majalah kampus, Dialogue.
Saya dan teman saya memang sengaja untuk mewawancarai dosen
ini karena beliau masih memiliki seorang putra yang masih kecil. Tentunya sebagai
seorang ibu, beliau juga akan menerapkan imajinasi untuk anaknya sebagai cara
mudah untuk belajar. Mulai dari menonton film kartun atau menggunakan media
pembelajaran lainnya. Sebenarnya sederhana saja taggapan beliau ketika
menanggapi pertanyaan tentang imajinasi itu sendiri. Beliau hanya menjawab, “Realita
membuat orang lebih cepat tua, tetapi imajinasi membuat orang awet muda.”
Dari kata-kata beliau, saya bangga karena saya sendiri memang
orang yang kuliah di bidang seni, yakni bahasa Inggris. Sebenarnya setiap orang
mempunyai kemampuan intelegensi mereka masing-masing, sampai-sampai terkadang
juga ada yang tadinya dari IPA tapi melanjutkn kuliah ke bidang Bahasa.
Entahlah mengapa mereka malah lari jari ilmu eksak. Jawabannya sederhana, Aku kan tadinya salah jurusan atau Aku disuruh orang tua. Jadi sebenarnya
keinginan mereka tidak hadir dari dalam hati. Ada seorang teman saya yang
membuat kalimat motivasi, “Lakukan habis-habisan, dengan hati!” salah satu
kalimat yang sekarang saya terapkan di dalam diri saya.
Sekali lagi tentang bahasa. Orang berkomunikasi menggunakan
bahasa, orang membaca juga menggunakan bahasa. Kita tidak bisa jauh dari bahasa
karena bahasa adalah jendela dunia. Bahasa juga yang mengantarkan kita untuk
dikenal oleh negara lain. Bahkan orang matematika pun memahami materi mereka
menggunakan bahasa!
Saya memang mengakui ketika orang yang mendalami ilmu eksak (ilmu
pasti) harus berkomunikasi dengan orang yang mendalami ilmu linguistik (kebahasaan)
pasti akan susah sekali menyatukan ide mereka. Yang satu menggunakan ilmu eksak,
yang sudah yakin dengan jawaban mereka, sedangkan orang bahasa harus
berpikir berulang kali, tentu saja dengan santai, senyum, dan tak lupa
bernafas; itu yang dikatakan oleh salah satu dosen native di prodi tempat saya kuliah.
Saya berani mengatakan ini karena saya memang mengalaminya. Mempunyai
kerabat dekat yang merupakan orang penyuka ilmu eksak, sedangkan saya sendiri
peyuka ilmu kebahasaan atau linguistik. Ada benarnya kalau kedua hal tersebut
sulit untuk disatukan, misalnya: si A adalah orang ilmu eksak, dan si B adalah
orang ilmu kebahasaan. Ketika si B mengajak si A untuk bertemu, si A langsung
menjawab dengan lantang “tidak!” sedangkan si B pasti akan membuat kata-kata
halus yang bisa mengajak si A untuk bertemu. Jalan pikirannya saja sudah
berbeda antara orang santai dan orang tidak santai. Itulah realita dan
imajinasi. Sehingga pada intinya orang penyuka ilmu eksak cenderung kaku dan
tidak santai, sebenarnya tergantung pada lingkungan dan orangnya sendiri.
Hanya satu pesan saya dalam tulisan ini: berimajinasilah
selagi dirimu masih muda. Jangan sia-siakan waktumu hanya untuk hal-hal yang
terlalu serius. Karena imajinasi membuatmu lebih awet muda.
Yogyakarta,
10 September 2015
23:17
WIB
Maria
Ardianti Kurnia Sari