SPD: the HELL Class before S. Pd.



PROMISE!”

My best
My very best
Nothing but
My very very very
VERY BEST!!!!!!

***

PROMISE! Seperti itulah yang selalu diteriakkan seorang dosen SPD dan seratus tiga puluh enam mahasiswa/i di Ruang Kunjono Gedung Pusat lantai empat Universitas Sanata Dharma. Ms. Lanny, begitu beliau dipanggil. Beliau adalah seorang dosen dan juga guru yang menetap dan tinggal di Klaten. Itu berarti ketika akan ada kelas pukul 6:20 pagi, beliau akan berangkat pukul 5:30 pagi dengan mengendarai mobilnya. Siapa selain beliau yang akan mengadakan kelas sepagi ini? Beliau adalah sosok yang tangguh. Di usianya yang sudah menginjak 64 tahun, tidak membuat beliau menjadi pribadi yang lemah dan hanya duduk menimang cucu ataupun membuat kerajinan tangan.

SPD (Sevice Program Design), itulah nama mata kuliah ini. Siapa sih mahasiswa/i PBI USD yang tidak mengenal mata kuliah ini? Mata kuliah macam apa sih ini? Itu yang pertama kali akan terpikirkan oleh beberapa orang junior di PBI. 

Welcome to the HELL,” itulah yang pertama kali beliau ucapkan ketika beliau menghadapi seratus tiga puluh enam mahasiswa/i.

***

Apa itu SPD?

SPD, merupakan salah satu mata kuliah wajib di semester tujuh dan delapan bagi mahasiswa/i PBI USD. Terkenal dengan “ke-killer-an” sosok dosennya yang mengharuskan mahasiswa/i-nya untuk datang jam 06:00 pagi setiap hari Senin. Kuliah SPD selalu diadakan di Gedung Pusat Universitas Sanata Dharma. 

Do not use the lift!”

Itulah hal utama dan pertama yang disampaikan oleh Ms. Lanny ketika kami, para mahasiswa/i naik ke lantai empat dengan kondisi mengenakan sepatu pantofel berhak, blazer dan rok bagi yang perempuan, dan jas serta baju berdasi bagi yang laki-laki. Tekadang dengan kondisi berpakaian seperti itu, kami pun harus berlari ketika melewati tangga. Bayangkan saja, setiap Senin pagi ketika yang lainnya masih dengan bermalas-malas ria menikmati sisa mimpi mereka di pagi hari, kami harus sudah bangun sejak pukul 03:00 atau 04:00 pagi. Bagi mereka yang bertempat tinggal jauh dari kampus, akan lebih aman bila menginap di kos teman agar tidak kesiangan. Ada juga beberapa dari mereka, ketika waktu sudah menunjukkan pukul 04:00 atau 05:00 pagi, segera bersiap menerjang dinginnya udara untuk sampai di kampus tepat waktu.

SPD juga terkenal dengan sistem kick outnya. Kelas memang dimulai pukul 6:20, jika ada mahasiswa/i yang datang pukul 6:21 pun, mereka harus sadar diri untuk menendang diri sendiri dan berjumpa dengan kelas SPD di semester berikutnya.

You have to kick yourself out if you do not follow the procedures in SPD class. This SPD class is for adults, not for children!” kata Ms. Lanny kala itu. “You must be serious!

Kick out, mungkin terdengar begitu menyeramkan karena memang hal tersebut menjadi pelajaran bagi masing-masing pribadi untuk bisa mengubah sikap yang tadinya buruk menjadi lebih baik lagi. Time management menjadi hal utama di dalam kelas ini, karena anggota kelompok dan teman-teman lainnya tidak akan bisa membantu.

Selain itu, di kelas SPD pun kami harus dituntut untuk kerja cepat dan tepat. Misalnya saja ketika Ms. Lanny membutuhkan bantuan,

Please come to the front to share your experiences about bad things. Hurry up! RUN! I’m dying. I don’t have much time!

Itulah yang akan selalu beliau katakan, bukan hanya sekali namun berulang kali. Selain itu, beliau juga sering meneriakkan,

On your feet! Separate!”— di mana kami harus segera berdiri dalam waktu satu detik dan berapa detik kemudian kami harus berpencar dan setelah itu kami harus sampai ke tempat duduk. Maksimal sampai ke tempat duduk adalah sepuluh detik, jikalau masih terjadi lebih dari sepuluh detik, dapat diartikan “bad” dalam kamus besar Ms. Lanny.

Tugas di Kelas SPD

Setiap mata pelajaran atau mata kuliah pasti tidak akan “keren” kalau tidak ada yang namanya tugas. Yap! Kelas SPD tidak hanya sebagai kelas motivasi tetapi juga penuh dengan tugas yang merajalela layaknya semut yang mengerubungi gula yang berserakan. Tugas-tugas itu tidak hanya sekadar tugas yang harus dikerjakan lalu dikumpulkan, melainkan tugas yang harus dipikirkan masak-masak, diantaranya: summary, artworks, yel-yel, looking for client, dan eulogy
  
     Summary
                   Summary. Mungkin tidak sedikit orang hanya akan mengatakan,
            “Halah, cuma summary to? Gampang.”
            Cuma? Ngana pikir?
Ini bukan sembarang summary yang seperti biasa dikerjakan banyak orang. Di kelas SPD ini kami harus meringkas sebuah buku yang berjudul The 21st Century Entrepreneur: How to Start a Service Business. Dalam menulis summary ini, kami “diharuskan” menggunakan tinta berwarna biru, dengan kertas folio bermerk SIDU, ukuran margin serta indent di setiap angkatan akan memiliki aturan yang berbeda, dan tentu saja tidak boleh menggunakan tip-ex ketika salah menulis. Boros kertas? Pastilah! Setiap ada kesalahan pasti harus ganti kertas, kalau saja nekat kita bisa menuliskan kata tersebut dua kali dan bersebelahan. Ini merupakan tantangan pertama karena menulis dengan tangan pastilah akan membuat tangan menjadi pegal. Waktu yang diberikan hanya dua minggu di angkatan ini. Berlembar-lembar dengan minimal enam puluh halaman. 

Hidup ini keras! Itu yang selalu beliau tekankan. Menulis summary bukanlah apa-apa dibandingkan menghadapi kerasnya hidup. 

Summary is easy. I had ever written in one hundred pages because in my era I did not have enough money to buy some books. KERE HARUS SAKTI!!!” 

Wow! Seratus halaman dan ditulis tangan.
 
    Artworks

Artworks. Kalau berakhiran “s” di dalam bahasa Inggris berarti jamak. Yak tepat! Tidak hanya satu artwork atau dua, melainkan empat artworks. Tiga diantaranya adalah artwork individu, sedangkan satu lainnya merupakan artwork kelompok. Kebanyakan dari kami akan membandingkan: lebih memilih menulis summary atau membuat artwork. Pastinya akan lebih memilih untuk menulis summary. Mengapa?

Dalam pembuatan artwork, kami diutus untuk membuatnya dalam satu minggu berdasarkan motto hidup, good things, dan bad things yang sudah kami buat. Pada awalnya kami harus memikirkan minimal seratus good dan bad things, dan kemudian kemudian harus divisualisasikan dalam bentuk artwork tersebut. Di sinilah kompetisi itu dimulai. Kompetisi di mana seratus tiga puluh enam anak mencari tahta untuk menjadi salah satu dari sepuluh THE BEST atau menjadi dari salah satu dari sepuluh THE WORST. Menjadi kelompok THE BEST pasti sangatlah bangga, sedangkan menjadi kelompok THE WORST akan disuruh untuk merevisi artwork yang mereka buat dan nantinya akan dibawa di pertemuan berikutnya. Begitulah yang terjadi selama tiga minggu berturut-turut. Stress? Pasti. Bingung? Sangat! Pusing? Apalagi!

Di dalam dunia seni pastilah tidak ada sesuatu yang terlihat buruk. Seni merupakan hal pengekspresian diri seseorang agar hal tersebut bisa menghibur banyak orang. Artwork, hanyalah sebuah simbol persaingan sederhana yang membuat kami kuat untuk siap menghadapi kompetisi dengan kompetitor-kompetitor yang lebih besar dan hebat di luar sana.

Berbeda dengan artwork indivudu, artwork kelompok akan dibuat secara berkelompok. Iyalah! Di dalam artwork kelompok ini akan terlihat jelas bagaimana karakter masing-masing anggota dalam menjalankan tugasnya. Ada juga yang malas dan sering beralasan, ada juga yang rajin tingkat dewa. Terkadang pembuatan artwork kelompok ini juga disertai konflik-konflik kecil yang membuat sebagian anggota merasa jengkel bahkan dengan orang terdekatnya sekalipun di dalam kelompok. Kesabaran. Itu hal yang utama yang harus dijunjung tinggi karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda.


Yel-yel
 
Yel-yel. Bisa dikategorikan sebagai ajang adu kreativitas melalui kelompok. Di sinilah masing-masing kelompok akan menampilkan kehebatan mereka dalam menari ataupun menyanyi.

Yel-yel ini selalu diselenggarakan di Panggung Terbuka Realino. Hal utama dan pertama adalah berani gila karena akan tampil dihadapan banyak orang, bukan hanya dihadapan kedua dosen SPD ataupun teman-teman seperjuangan SPD, tetapi ada orang lain juga bahkan bapak parkir dan bapak satpam pun ikut menonton. Itulah kehebatan SPD, selalu menguasai tempat tidak hanya Panggung Terbuka bahkan lift ketika menaikkan artwork yang besar dan berat serta perpustakaan kala itu ketika kami harus merevisi ujian tengah semester.

    Looking for Client

SPD hanya diselenggarakan oleh program studi Pendidikan Bahasa Inggris. Itu artinya kami memang dididik untuk disiplin waktu dan segala hal sebagai calon guru yang berkualitas dan berintegritas. Di sinilah misi itu dimulai. Di tengah mata kuliah SPD ini, kami di dalam kelompok masing-masing juga harus berkompetisi untuk mendapatkan klien yang nantinya akan diajari berbahasa Inggris. Kami bekerja, menjadi orang-orang profesional yang nantinya akan digaji oleh klien kami secara profesional juga. Tidaklah mudah untuk mendapatkan klien yang dimaksud. Terkadang harga yang dituliskan di proposal, tidak sesuai keinginan dari pihak klien untuk menerima kami sebagai tim pengajar.

Puji Tuhan! Itu yang saya ungkapkan. Mengapa? Karena saya dan kelompok saya mendapatkan kemudahan untuk mengajar sebuah instansi ketika kelompok lain belum mendapatkan klien yang mereka inginkan. Hanya modal nekat dan kala itu saya mendapatkan tawaran untuk mengajar di sana, saya segera menawarkan hal ini ke kelompok agar semakin cepat membuat materi dan mulai mengajar.

Ada banyak suka duka ketika mengajar klien. Terkadang beberapa dari mereka membolos dengan alasan banyak tugas atau lain sebagainya. Namun sebagai pengalaman saja bahwa inilah dunia kerja yang sesungguhnya.

    Eulogy

Eulogy adalah sebuah ungkapan atau pujian kepada mereka yang sudah meninggal alias berpidato. Hubungannya dengan SPD? Mungkin ini sedikit gila dan memang gila bagi kebanyakan orang yang mendengarnya. Yak! Ms. Lanny sekali lagi meminta kami melakukan hal tergila yang pernah kami alami. 

Please ask your family, friends, colleague, and community to make a eulogy of yours.

WHAT THE HELL?

Umpatan yang pantas dan layak untuk disampaikan, mungkin sebagian bergumam seperti itu. Menjelang pertemuan akhir SPD, kami diminta untuk bertanya kepada keluarga, teman komunitas, serta teman sekerja untuk membuatkan sebuah pidato kematian bila kita meninggal nanti. Ada dari beberapa teman yang ditolak dan menolak untuk membuatkannya. Susah. Itu kata mereka. Gila. Itu yang terjadi. Cara halus mungkin dengan berkata demikian,

“Kalau nanti aku meninggal duluan dari kamu, apakah kamu masih peduli? Kamu mau bilang apa tentang aku ketika aku pergi duluan?”

Dan banyak yang membuktikan hal ini gila. Banyak yang berkata,

Nggo ngopo e?(Buat apa kah?)

Wes edan kowe! (Sudah gila kamu!)”

Dosen e kenthir! (Dosennya gila!)”

Ya. Seperti itu tanggapan mereka ketika dimintai tolong. Sebagian dari mereka sudah melakukan good things dan good deeds. Itu yang selalu dikatakan oleh Ms. Lanny. 

Good karma will come to you if you plant your good things and good deeds.

Terkadang kata-kata mengenai “karma” akan begitu mengena di hati karena roda akan terus berputar untuk menemui karma yang sudah kita tanam itu.

Eulogy mengajarkan kami betapa dan seberapa besar orang-orang terdekat begitu mencintai kita. Ini memang gila, tapi semua itu harus direncanakan dari sekarang karena entah sampai kapan kita akan bisa bernafas dan bersama dengan orang-orang yang kita cintai.

***

Banyak perubahan yang sudah dicapai di kelas ini terutama mengenai kedisiplinan. SPD juga sudah mengajarkan bagaimana kerasnya hidup dan bagaimana kita menghargai waktu. Ada banyak hal yang mungkin saja terjadi begitulah yang Ms. Lanny katakan pada kami. SPD juga sudah membuktikan bahwa mayoritas mahasiswa/i SPD mem-booking lantai dua dan tiga perpustakaan karena kala itu kami tidak diperbolehkan mengerjakan di rumah untuk merevisi kesalahan. Hal ini juga yang membuktikan mayoritas dari kami membolos mata kuliah Proposal Seminar pukul dua siang.

***

Cerita masih akan terus berlanjut karena semua tidak hanya berhenti sampai di sini. Selamat berjuang menghadapi kerasnya kelas SPD bagi kalian adik-adik angkatan yang saat ini masih merasakan kenikmatan di semester-semester bawah. SPD itu berat. Tetapi nanti kalian akan mendapatkan maknanya di akhir pertemuan. Percayalah bahwa semua itu memang sulit.

Maka berbanggalah kalian yang berkuliah di program studi PBI USD karena kita bisa memiliki mata kuliah macam ini.


It is difficult but NOT impossible,” – Ms. Lanny.

Photo by:
**Stefanus Novan
**Pillars' group  


Yogyakarta, 29 November 2016
Maria Ardianti Kurnia Sari
23:45 WIB

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

Doa Harian Ibu Teresa