Buku Kedua: Sebuah Cerita tentang Menangkap

“Menangkap apa yang tak ditangkap
Oleh tangan yang tak menangkap.”

Sudah lama rasanya tidak bercerita di blog. Masuk semester akhir, disibukkan dengan PPL (Program Pengalaman Lapangan) dan konsultasi Skripsi. Setiap ingin menulis selalu saja tertunda karena kelelahan. Kali ini aku akan menceritakan pengalaman baruku tentang buku keduaku. Meskipun belum seluruhnya karya-karyaku. Itu adalah persembahanku untuk kalian di hari Valentine ini. Semoga kalian menyukainya. 

(Lain waktu akan aku ceritakan bagaimana pengalamanku ber-PPL).

***
Beberapa hari yang lalu aku menerbitkan buku keduaku, tepatnya di saat hari kasih sayang 14 Februari 2017. Buku tersebut memang belum seluruhnya karyaku, lebih tepatnya antologi cerpen dan puisi yang dijadikan sebuah buku oleh pihak Sayembara Pena Kita. Sayembara Pena Kita merupakan sebuah ajang kompetisi di bawah naungan KITA dan berfokus pada dunia tulis menulis. Ajang ini diadakan setiap tahunnya. KITA berpusat di Ibukota Jakarta. Namun acara yang aku ikuti ini merupakan Sayembara Pena Kita di tingkat Jawa Tengah. Acara ini terbuka untuk umum bagi mereka yang ingin menyalurkan bakat menulis.

Pada awalnya aku tidak mengenal komunitas ini. Tapi ketika aku sedang mengecek akun Line, ada sebuah ajang kompetisi tentang tulis menulis yang nantinya hasil karya itu akan dibukukan. Lantas aku mencoba untuk mengirimkan empat buah cerpen dan empat buah puisi. Sebenarnya aku tidak begitu berharap untuk menjadi pemenang, namun aku begitu tertarik jika masuk nominasi, karya yang dibuat akan dipublikasikan menjadi sebuah buku. Sebelum mengikuti ajang ini, aku juga pernah menerbitkan buku antologi cerpen yang dulu pernah aku tulis bersama dengan teman-teman dari Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma tahun 2015 lalu.

Dari pengalaman menerbitkan buku pertama itulah, aku tiba-tiba teringat dengan apa yang pernah dikatakan Omku yang juga seorang penulis,

Ketika cerpen ini dibukukan, itu akan menjadi awal kamu mengenal dunia menulis yang begitu luas dan indah. Melalui cerpen pertama itulah kamu akan mengenal banyak orang di luar sana, bertemu dengan siapa saja.

Setelah mengirimkan cerpen dan puisi itu, aku tentu harap-harap cemas akan hasil akhirnya nanti. Bukan jadi pemenang, nominasi pun tak apa. Itu yang selalu aku ucapkan dalam doa. Hari pengumuman pun datang, tepat di malam Natal dan aku lantas pergi ke Gereja untuk merayakan Natal. Lagi-lagi ada harap-harap cemas tapi tentu tidak boleh berharap terlalu berlebihan.

Akhirnya ketika Misa Malam Natal usai, aku segera mengecek time line akun Line-ku. Sempat ada rasa khawatir pasti tidak menang, pasti tidak masuk nominasi. Ketika aku buka pengumuman itu dan tepat terhenti di urutan nomor 10. Ada namaku di sana dan juga satu judul cerpen yang aku kirimkan. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Tuhan benar-benar menjawab doaku. Menjadi salah satu nominasi dalam lomba cerpen di tingkat Jawa Tengah.

Eitss, tunggu dulu!! Cerpen dengan judul Penikmat Pagi dalam Secangkir Rindu, aku tak kalah kaget dan bertanya-tanya mengapa cerita ini yang masuk nominasi? Sungguh tidak menyangka. Aku ingat bagaimana aku menuliskan cerita ini di dalam buku tulis yang saat itu selalu aku bawa. Aku menuliskan cerita dengan judul yang sama ketika libur Lebaran di rumah nenek di Bantul saat itu. Benar-benar mengalir apa adanya ketika aku menuliskan cerita itu ke dalam bukuku. Puji Tuhan, hadiah Natal dan hadiah akhir tahun 2016 yang begitu sempurna, batinku.

***

Tak berselang lama memasuki tahun 2017, aku mendapatkan kabar kalau buku itu akan segera terbit. Buku keduaku meskipun hasil karya di dalamnya belum semua karyaku.

Judul dari buku ini diambil dari salah satu judul puisi peserta lomba, yakni Sebuah Cerita tentang Menangkap. Di dalamnya ada sekitar lima puluh puisi dan belasan cerita pendek, salah satunya adalah cerita milikku. Lebih istimewa lagi ketika buku ini terbit di saat hari kasih sayang atau Valentine 2017. Sebuah pencapaian yang sama sekali tidak aku bayangkan di awal tahun 2017 ini. Berawal dari sebuah keisengan yang ternyata masih diberi kesempatan untuk menerbitkan buku kedua.

Menulis memang melatih imajinasi. Dari buku kedua ini motivasiku untuk terus menulis menjadi terus bertambah, entah itu untuk menulis di blog ataupun untuk mengikuti kompetisi menulis lagi.

Terima kasih untuk kalian yang sudah mendukungku untuk terus menulis, menciptakan hal-hal baru yang belum pernah diceritakan, menginspirasi orang lain melalui apa yang aku tuliskan. Suatu saat nanti aku harap bisa menerbitkan novelku sendiri dengan cerita yang juga menginspirasi orang lain.


**NB: Tulisan ini ditulis ketika aku sedang melaksanakan PPL di SMP Kanisius Pakem.
**Photos: dokumentasi pribadi


Maria Ardianti Kurnia Sari
Pakem, 28 Februari 2017
10:44 WIB

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

If We Hold On Together