Sendang Jatiningsih Selalu Menyimpan Cerita

Sendang Jatiningsih atau yang terkenal dengan Gua Maria Sendang Jatiningsih adalah sebuah tempat ziarah yang terkenal di daerah Sumberarum, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Mungkin tidak sedikit dari peziarah Gua Maria Sendang Jatiningsih merasa bosan dengan tempat ini. Ada banyak tempat menarik yang ada di sana selain Gua Maria itu sendiri, yakni Salib Milenium, Kapel Adorasi, Patung Bunda Maria memangku jenazah Yesus, dan juga patung ketika Yesus disalibkan di Golgota.


Ada banyak kisah yang juga saya alami di sana. Entah mengapa, Gua Maria Sendang Jatiningsih ini menjadi tempat favorit kedua bagi saya untuk berdoa setelah Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran. Sepi, sejuk, tenteram, dan damai. Empat hal tersebut yang saya dapatkan di sana walaupun letaknya pun di tengah perkampungan warga. Hal yang begitu unik karena di sana mengandung unsur alam karena ketika tenang di dalam doa, kita akan mendengar suara-suara alam seperti kicauan burung dan suara aliran air dari Sungai Progo.

Salah satu kisah yang membuat saya berjanji untuk selalu datang ke sana adalah ketika itu saya duduk di bangku kelas XII SMA. Saya, teman-teman, dan para guru berencana untuk berziarah ke sana. Misa bersama, itu yang menjadi tujuan kami. Sebuah misa yang diperuntukkan bagi kami siswa kelas XII yang beberapa hari kemudian akan menjalankan ujian nasional. Berdoa bersama di tengah keheningan dan ditemani dengan suara-suara alam. Saya selalu percaya bahwa akan ada jalan ketika kita memang memiliki niat baik. Meskipun juga saya hidup di tengah-tengah modernisasi, saya juga tidak lupa pada Sang Pencipta. Nasihat terakhir dari Romo sebelum misa berakhir,


"Saya selalu percaya jika berdoa di sini. Kalau kalian memang memiliki niat dan tujuan yang baik, tidak ada yang tidak mungkin terjadi. Saya biasanya berdoa di depan Gua Maria, setelah itu di depan Salib Milenium, dan diakhiri di Kapel Adorasi."

Saya percaya saja dengan apa yang beliau katakan. Sudah sering kali setiap berdoa di sana, saya melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan beliau.

****

Setiap saya merasa ingin dekat dengan-Nya, sebelum pergi ke Gua Maria Sendang Jatiningsih, saya pasti berdoa Novena 3x Salam Maria. Tidak muluk-muluk untuk mempunyai “nazar” apa ketika doa itu dijawab, hanya saja saya memiliki kepercayaan tersendiri jikalau doa-doa saya dikabulkan, saya akan berdoa 3x Salam Maria dan akan datang lagi ke sana.

Cerita itu tidaklah berhenti setelah saya lulus dari SMA. Semester lalu, di tahun 2015 misalnya, ada salah satu mata kuliah di mana saya dan teman-teman satu kelompok harus berdinamika, berefleksi, dan berbagi satu sama lain. Sebut saja mata kuliah itu adalah Play Performance. Semester yang penuh dengan kerja sama dengan kelompok-kelompok kecil di luar mata kuliah Play Performance. Saat itu saya dan teman saya sedang giat-giatnya mencari sponsor untuk kelangsungan acara Play Performance. Ya. Play Performance merupakan salah satu mata kuliah di mana di akhir semester akan dipentaskan di luar kampus. Mata kuliah ini dipelajari melalui media drama. Di sini saya dan teman-teman belajar bersama untuk mendalami karakter masing-masing, mengenal satu sama lain, mengenal orang-orang di luar kampus, mengenal suasana bagaimana harus bekerja keras.

Saat itu saya merupakan salah satu dari tim produksi, sebagai usaha dana. Usaha dana memang sering bekerja sama dengan pihak luar untuk mendapatkan sponsor. Di sinilah saya dan partner saya diuji. Saya dan partner saya ingin mendapatkan sponsor dari Djarum Foundation. Keren pastinya jika bisa mendapatkan sponsor dari mereka. Setelah mendapatkan izin dari dosen pembimbing mata kuliah, saya dan partner saya tanpa ragu mencoba walaupun dosen pembimbing sempat mengatakannya bahwa kecil kemungkinan untuk mendapatkan sponsor dari perusahaan sebesar PT. Djarum. Down? Pasti. Namun, di sisi lain keyakinan itu muncul untuk selalu mengingatkan dan optimis pasti bisa membuktikan kepada para dosen pembimbing mata kuliah ini.

Menunggu... Merupakan kegiatan yang melelahkan. Namun, disela-sela kesibukan itu, saya selalu menyempatkan diri untuk berdoa Novena 3x Salam Maria dan berziarah ke Gua Maria Sendang Jatiningsih. Doa saya tidak muluk-muluk. Sederhana saja, hanya ingin kegiatan Play Performance dilancarkan sampai hari H. 

Tanpa kabar…..

Sampai pada suatu pagi di saat saya sedang kuliah, ponsel di saku saya bergetar. Aneh, siapa yang menelpon saya pagi-pagi? Begitulah tanggapan saya. Ketika kelas sudah usai, saya membuka ponsel saya. Hmmmm.... Nomor telponnya menggunakan kode area Jakarta, batin saya. Tak lama kemudian teman saya menghubungi,

 "Kamu kirim proposal ke Djarum?"

Kemana saja dia selama ini, batin saya lagi.

Lantas tanpa ragu saya menjawab, "Iya."

Bangga? Pasti. Puji Tuhan...

Berulang kali saya berjanji untuk datang kembali setelah acara Play Performance usai dilaksanakan. Sebenarnya hanya ide-ide kecil yang menjadikan alasan saya untuk selalu datang kembali ke sana. Kenyamanan. Terkadang berada di tengah kepenatan dan kesibukan kuliah ataupun ingin mencari pencerahan supaya siap dengan esok hari.

****

Dan di tahun 2016....

Sebenarnya ini sudah terencana jauh-jauh hari bahkan beberapa bulan yang lalu. Di tahun ini saya kembali bersyukur dan berdoa di sana sepulang dari KKN (Kuliah Kerja Nyata). Menyiapkan hati, menyiapkan pikiran, dan juga suasana untuk semester baru di semester 6 ini. Di tengah-tengah menjalankan doa Novena 3x Salam Maria, saya kembali datang ke Gua Maria Sendang Jatiningsih. Sebenarnya ingin mengajak seorang teman, namun sayang dia sedang sibuk. Ya sudahlah tidak perlu dipaksa. 

Saya kenal dengannya ketika KKN selama tiga puluh dua hari. Teman yang unik dan baik; penyuka fotografi, penyuka musik, pemain musik, dan penyanyi. Banyak cerita yang mungkin ingin dia sampaikan. Hanya saja terkadang harus mencari waktu yang pas untuk bertanya dan bercerita, mungkin. Tidak ingin dianggap 'kepo', tidak ingin dianggap 'sok bijaksana', ataupun 'sok' yang lainnya. Sebenarnya sederhana saja, saya hanya ingin mengajaknya untuk berdoa, mendekatkan diri dengan-Nya kalau misalkan saja dia tidak bisa bercerita dengan orang lain. Tidak memaksa, itu prinsip yang saya pegang, namun saya hanya sering mengingatkan, dan membiarkannya bercerita dengan-Nya. Mendoakannya dan juga teman-teman saya yang lain memang tujuan saya. Hanya saja saya tidak mempunyai kata-kata indah untuk disampaikan pada-Nya, dan setiap malam saya selalu berdoa 3x Salam Maria.

Alay? Lebay? Silakan saja sebut saya dengan kata-kata itu, namun apakah yang orang cari ketika mereka sedang gundah? Karena tidak semua orang dapat dipercaya untuk bisa menjaga rahasia. Berdoa. Itulah satu kata yang mungkin disegani banyak orang, ditakuti, dan bahkan ada saja yang masih tidak bercaya dengan kekuatan doa.

Senin kemarin, teman saya ini mengajak untuk berziarah, tapi saya sedang disibukkan dengan tugas dan kerja kelompok. Tidak tega sebenarnya. Terlihat dari caranya membalas pesan saya yang sedikit kecewa. Malamnya dia kembali bercerita dan mengabari kondisinya saat itu. Sayangnya lagi, saya saat itu sedang belajar untuk ujian esok hari. Biasanya saya bisa memberikan semangat tetapi saat itu saya sedang pusing karena harus membaca 123 kosakata. Kasian. Itu yang saya rasakan, di saat dia butuh ditemani namun saya malah tidak bisa menemani untuk mengobrol. Hingga pada akhirnya saya menjanjikan diri untuk mengajaknya ziarah ke Gua Maria Sendang Jatiningsih. Kali ini, saya belum berdoa Novena 3x Salam Maria, namun tak mengapa. Cukup dengan doa, niat, dan seperti biasa membakar surat di depan Gua Maria.

Sebenarnya ada yang ingin saya tanyakan padanya mengenai masalahnya, namun saat itu waktu juga tidak kemungkinan. Mungkin di lain waktu setelah semuanya dirasa selesai. Ketika ditanyain apakah sudah lega, dia menjawab lumayan. Syukurlah. Ada satu hal yang saya banggakan dari diri saya, berhasil membuat orang lain tersenyum karena di sana akan terlihat jelas kalau dia sudah terlihat lebih baik meskipun dengan cara yang begitu sederhana. Mungkin juga hal ini hanya terpikirkan oleh sedikit orang.

Di sinilah yang saya temukan dari keunikan Gua Maria Sendang Jatiningsih, selalu menyimpan cerita bagi para peziarah penikmatnya. Tempat yang mungkin tidak terbayangkan oleh banyak orang, tempat kedua bagi saya untuk menyimpan cerita-cerita kepada-Nya melalui surat-surat yang pernah saya bakar di sana.


Maria Ardianti Kurnia Sari
Yogyakarta, 14 April 2016
21:05 WIB

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

If We Hold On Together