Lebaran 2017



www.kompasiana.com
 
Hallo, sudah sekitar hampir dua bulan aku tidak menulis di blog. Kesibukan kembali melanda keseharian di samping mengerjakan skripsi yang sudah selesai dan tinggal menunggu revisi. Untuk tulisan kali ini aku ingin mengungkapkan kekagumanku tentang bulan Suci Ramadan.

Kenapa aku ingin membahas hal ini? Ya aku sendiri memang non-Muslim dan tinggal di tengah masyarakat yang mayoritas memeluk agama Islam. Rasanya seru saja ketika beramai-ramai menyambut hari Lebaran ini. Kalau di luar negeri seperti di Eropa ataupun Amerika, para umat Muslim juga hidup di tengah minoritas di mana mayoritas penduduknya Nasrani dan ketika Natal tiba, keramaian itu juga terasa. Seperti itulah ketika aku tinggal di Indonesia, di Pulau Jawa dan di Yogyakarta. Katanya Indonesia itu beragam agama, suku, dan budayanya, tapi heran juga ketika beberapa waktu lalu sempat ada konflik tentang penistaan agama.

Sebagai satu dari sekian banyak uman non-Muslim, aku memahami keragaman ini. Keluargaku sendiri mayoritas Muslim, kedua simbahku dari Bapak dan Ibu adalah orang Muslim, tetapi kedua orang tuaku adalah Katolik. Ya keragaman memang ada. Kami adalah kaum netral yang bisa dikatakan hanya tersenyum atau tertawa ketika orang-orang di luar sana dengan “selo” nya mengungkit-ungkit masalah penistaan agama. Kami hanya duduk manis, menikmati pertunjukan di televisi dan pada akhirnya konflik itu juga akan menyusut dari peredaran.

Oke, kembali ke topik utama. Hehehe…

Lebaran. Apasih istimewanya bagiku?

1. Jajanan
Iya. Setiap bulan Ramadan tiba, beberapa orang akan sibuk dan berlomba-lomba untuk saling menjual jajanan di tepi jalan raya. Misalnya saja ketika suatu sore aku akan menghadiri rapat di kampus, aku selalu melewati kampus UGM yang biasanya akan ramai saat Sunday Morning, tetapi selama bulan Ramadan ini mereka akan berjualan di sore hari. Jalanan macet sudah biasa karena beberapa orang akan menepikan kendaraan mereka di pinggir jalan yang seharusnya lapang. Aku jarang sekali jajan, hanya terhibur saja ketika melihat beraneka ragam jajanan yang dijual. Kolak pisang misalnya, es buah, dan lain sebagainya yang mungkin juga hanya akan eksis selama sebulan dan setahun sekali saat bulan Ramadan tiba. (Makanan saja beraneka ragam, masak iya masalah keragaman agama, suku, budaya diperdebatkan? Hayooo…..)

2. Suara orang membangunkan untuk Sahur…. Sahur….
Ini hal yang paling menggelikan ketika bukan Ramadan tiba. Suara orang tersebut terdengar aneh-aneh ketika membangunkan orang lain untuk santap sahur. Hahaha… Jam 3 pagi umat Muslim dibangunkan untuk santap sahur. Untung di area tempat tinggalku hanya dibangunkan melalui toa masjid, kalau dengan berkeliling sembari memukul kentongan atau drum haduh…. heboh juga yaa… Tapi hal ini asyik untuk didengarkan jadinya ramai saja setelah jam 3 pagi.

3. Suara sirine ketika berbuka puasa
Setiap menjelang berbuka puasa, beberapa Masjid akan membunyikan sirine untuk mengingatkan mereka yang berpuasa untuk bersiap menyantap menu berbuka atau takjil. Jarang-jarang juga kan denganr sirine dari masjid kecuali kalau ada tanda bahaya bencana alam atau ketika ada di rumah sakit… hehehe…

4. Kurma… Kurma…
Kurma…. Hmmm… Aku suka makan kurma. Enak!!! buah ini memang ada setahun sekali setiap bulan puasa. Di mana-mana ada, di toko, di swalayan, di pasar, banyak banget yang jual kurma. Entah kenapa hanya tahun ini atau sejak tahun lalu ada produk kecantikan ataupun makanan yang terbuat dari kurma. Misalnya es krim, yang biasanya ditambah topping caramel, tapi sekarang ada inovasi bertopping semacam selai kurma. Selain itu juga ada milkshake kurma susu. Beberapa hari lalu tepatnya aku baru mengetahui menu ini. Mungkin memang sudah eksis dari lama hanya saja kurang menyimak.

5. Ketupat!!
Ketupattttt…. hal paling dinantikan dan identik dengan Idul Fitri. Pernah sewaktu aku masih kecil, entah ya namanya juga anak-anak. Aku bertanya ke simbah, “Mbah, ketupat itu berasnya dimasukin lewat mana?” ya namanya juga anak kecil pasti berpikir kalau nasinya dibentuk belah ketupat lalu dibungkus dengan daun kelapa muda. Ternyata itu salah… Hahahaha…. Namun sekarang aku sudah mengetahuinya bagaimana cara membuat ketupat.

6. Suara takbir dari Masjid
Hal terakhir yang aku juga suka sewaktu jelang Idul Fitri. Suara takbiran….. Semalam suntuk, entah itu orang asli yang mengumandangkan atau suara kaset yang diputar terus-menerus. Ramai di sana-sini apalagi ketika ada parade takbiran lewat di depan rumah. Riuh sangat! Apalagi yang istimewa adalah Idul Fitri tahun ini jatuh di hari Minggu, bertepatan juga dengan umat Katolik beribadah di Gereja. Namun toleransi umat beragama itu diwujudkan dengan beberapa Gereja yang sengaja mengundurkan jadwal Misa guna untuk menghormati umat Muslim yang melaksanakan sholat Ied. Wow! Hal ini juga baru saja aku lihat ketika sepulang dari Gereja. Aku pulang dan disambut dengan parade takbiran di jalan raya. Keren!

Hmmm… kira-kira apalagi ya yang istimewa? Ya mungkin masih banyak, namun bagiku yang aku lihat dan rasakan seputar enam hal di atas. Lebaran tahun lalu aku juga berbagi cerita ketika keluargaku datang dari Jakarta dan akupun ikut serta meramaikan rumah simbah. Lebaran tahun ini juga sama seperti tahun sebelumnya. Aku juga tak sabar untuk menantikan lebaran-lebaran berikutnya dan semoga saja aku masih tinggal di Yogyakarta.

Selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri untuk teman-temanku, untuk saudara-saudaraku, dan untuk semua yang merayakan.


Maria Ardianti Kurnia Sari
Malam Takbiran Idul Fitri, 24 Juni 2017
21:30 WIB

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

If We Hold On Together