The Evolution, 23 Years Old, and International Women’s Day





#P.S.: This is not a sad story, but this is a reflective story of mine. Thank you and happy reading! :)

Tanggal 8 Maret para wanita di seluruh dunia merayakan International Women’s Day. Mungkin hal ini tidak terlalu “wah” di Indonesia, tapi tentunya aku bangga karena tepat di hari ulang tahunku, ada sebuah momen yang diperingati oleh seluruh wanita di seluruh belahan dunia. Aku dilahirkan sebagai perempuan, tentunya aku tidak bisa memilih untuk dilahirkan sebagai perempuan atau laki-laki. Dilahirkan sebagai perempuan juga menjadi hal istimewa karena ketika di zaman modern ini, emansipasi wanita sudah diakui sama dengan kaum laki-laki.

Tepat di tanggal yang sama pada tahun 1995, aku hadir ke dunia tepat pukul 20.00 WIB, katanya. Kalau dihitung, usiaku sudah menginjak 23 tahun, itu artinya aku hidup di dunia sudah 23 tahun. Lagi-lagi masalah mengenal diri sendiri, belum cukup rasanya. Siapa aku sebenarnya, aku belum juga menemukan jawabannya. Aku saja baru menemukan bakatku ketika tahun 2014, di saat menulis buku pertama. Tentu saja masih belia untuk bisa lebih mengenal bakat yang sebenarnya di usia 23 tahun ini. 

Jika berbicara ulang tahun, tentu ada kalanya berbicara tentang masa lalu, di mana aku menampilkan beberapa foto evolusiku dari masa kanak-kanak hingga foto ketika aku akan sidang skripsi. Terlihat jelas perbedaannya, dari yang dulu masih imut, dan sekarang menjadi lebih dewasa, lebih mampu untuk mengenal siapa diriku yang sebenarnya. Melihat perubahan-perubahan raut muka (hahahaha!). Jujur saja dulu saat aku kecil, aku begitu takut untuk di foto. Pernah suatu waktu aku menangis ketika saat akan difoto. Entah apa yang sebenarnya terjadi kebanyakan anak kecil memang menangis ketika akan difoto. Sungguh geli kalau mengingat kejadian itu… Hahaha…

Sebenarnya apa sih makna ulang tahun itu sendiri? Ulang tahun alias mengulang tahun. Semakin umur kita bertambah, itu artinya semakin pendek umur yang kita miliki, bukan? Mengenal diri sendiri tentunya kurang asyik jika hanya berefleksi seorang diri, aku tentu dibantu oleh mereka yang pernah mampir ke dalam kehidupanku; bersyukur karena mempunyai teman-teman yang aku kenal dari zaman sekolah di Taman Kanak-Kanak hingga kuliah, teman-teman di sekitar rumah, keluarga, dan masih banyak lagi. Dari mereka pun aku banyak belajar bagaimana mengenal orang-orang baru serta memahami teman-teman lama di sekitarku. Terkadang aku juga berpikir, selama 23 tahun aku hidup di dunia, apa yang sudah aku berikan untuk mereka? Apa yang sudah aku sumbangkan untuk negara?

Usia 23 tahun tentu bukan lagi usia yang main-main. Usia di mana seseorang telah sedikit-demi sedikit mengenal kerasnya dunia melalui dunia kerja ataupun melalui orang-orang yang baru. Pengalaman-pengalaman inilah yang mendewasakan untuk bisa menjalani hidup dengan rasa syukur akan berkat yang Ia berikan untuk kita makhluknya. 

Dan di akhir penutup paragraf dari cerita ini, aku ingin mengucapkan,

Happy International Women’s Day to all women around the world. Keep inspiring and shining to your surroundings!



Yogyakarta, 8 Maret 2018
Maria Ardianti Kurnia Sari
17.55 WIB

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

If We Hold On Together