Ketika Aku Memilih Jurusan Bahasa

Apa sih yang pertama kalian pikirin kalau denger atau baca kata “Bahasa”?? mungkin ada yang mikir kalo di Bahasa gak “spaneng” tapi gak juga lho di Bahasa yang katanya santai tapi juga serius . Ini adalah cerita pengalamanku ketika aku galau di kelas X kemarin.hehehe
Awalnya aku juga gak minat untuk masuk kelas Bahasa, tadinya yang pualing aku minati adalah kelas IPA. Karena yang aku pikirin kalau masuk kelas IPA adalah bisa masuk jurusan mana aja di jenjang kuliah nanti. Ketika di bulan Agustus/September (kalo gak salah ya). Waktu itu kan diadain tes potensi akademik, ceritanya tes itu diadakan dari jam 7.00- jam 13.00, sekitar 6 jam gitu. Ketika menjalani tes itu ada rasa senang, sedih dan campur-campurlah. Karena tes itu juga mempengaruhi untuk bisa masuk di jurusan apa di kelas XI nanti. Tesnya ada tes matematika, tes logika dan banyak lah.
Setelah selesai tes, akhirnya pulang. Beberapa minggu kemudian saat pelajaran BK, guru BK ngasih info tentang tes potensi akademik kemarin. Ketika aku menerima tesku, aku kaget karena aku sama sekali gak bisa masuk jurusan manapun. Entah IPA,IPS, Bahasa. Sedih itu tentu. Namun guru BK bilang,
“Kalian jangan terpacu dengan hasil tes itu, kalian harus bisa membuktikan kalau kalian bisa karena hasil tes ini bukanlah perjuangan terakhir kalian.”
Sejak itu aku berjanji untuk rajin belajar. Saat ujian tengah semester nilai rapotku menunjukkan kalau semua nilai-nilaiku bagus namun ada 1 kelemahanku yaitu dibidang IPS Ekonomi. Yang lain malah pada bisa tapi aku sendiri yang gak bisa untuk memahami pelajaran  Ekonomi. Lian halnya ketika aku juga menerima hasil rapot semester 1, kembali nilai Ekonomi dan Fisika yang aku gak bisa tuntas, tapi ketika aku lihat nilai Bahasa kenapa selalu bisa mencapai kriteria ketuntasan untuk bisa masuk dijurusan itu.
Hari demi hari di kelas X ada rasa bosen juga, dan banyak temenku yang bilang,
“Kapan sih kenaikan, aku pengen cepet-cepet kenaikan kelas soalnya aku pengen pisah sama mata pelajaran.....(jangan disebutin yak. hehehehe).....”
Di semester dua pikiranku mulai berubah. Aku berpikiran kepingin masuk kelas Bahasa. Karena aku juga berpikir kalau masuk IPA nanti keteteran. Hasil rapot ujian tengah semester 2 pun mengatakan aku tetap lemah di bidang Ekonomi dan Fisika. Dan aku berpikir, “Mungkin Tuhan sudah menakdirkan aku untuk masuk di Jurusan Bahasa.”  Waktu pun berjalan dengan cepat layaknya jam. Bulan Juni awal ujian kenaikan kelas pun diselenggarakan. Semua termasuk aku belajar mati-matian, dari jam 15.00 – jam 22.00/23.00. Itu karena aku pengen naik kelas. Sampai akhirnya hidup/matiku udah diujung tanduk aku takut kalau gak naik dan gak bisa masuk ke semua jurusan. Ketika di kelas diumumin peringkat 10 besar. Tentu jantung berdetak kencang, ketika sampai diurutan kelima namaku disebut ternyata aku peringkat 5. Aku seneng banget karena aku bisa naik kelas, namun itu belum tahu aku masuk jurusan apa.
Aku tentu udah tau kalo temen-temen di kelasku sebagian besar akan masuk jurusan IPS, namun aku sedikit kecewa ketika teman-teman terbaikku masuk jurusan IPS. Saat namaku dipanggil, aku gak tau apa yang akan aku perbuat jika waktu itu aku gak bisa masuk jurusan Bahasa. Tapi ini lain, wali kelasku berkata, “Selamat ya kamu naik kelas, kamu bisa masuk 3 jurusan IPA/IPS/Bahasa. Tapi sekolah menjuruskan kamu untuk masuk Bahasa.” Aku berpikir sedikit lama waktu itu untuk menentukan pilihanku karena itu semua berada digenggamanku. Akhirnya akupun memutuskan,
“Saya memilih Bahasa saja Pak.”                    
Wali kelasku berkata lagi, “Tidak apa-apa kan??”
Aku menjawab, “Ya sudahlah.”
Ketika aku kembali ke tempat duduk, perasaanku senang campur sedih juga karena gak bisa sekelas lagi sama teman-teman terbaikku. Ketika aku pulang, teman-teman yang lain ada yang berpendapat,
“Ah Sari, kenapa gak milih IPA? Kamu bisa masuk IPA kan? Gak rugi masuk Bahasa?”
“Ah enggak. Kalo masuk IPA aku tar keteteran dan gak bisa ngikuti.”
Aku pulang dengan perasaan bimbang dan galau. Ada juga rasa menyesal, namun sesampainya di rumah aku segera mencari informasi tentang teman-teman yang lain. Aku tanya ke temen gereja dia juga masuk jurusan Bahsa padahal mereka juga bisa masuk di 3 jurusan itu.  Ya apa boleh buat, itu karena kami sudah janjian untuk masuk Bahasa. Di rumah aku berpikir,
“Gimana temen-temenku besok ya?? Apakah yang masuk Bahasa cuma sedikit?? Ah udahlah, jalani aja.”
Tanggal 11 Juli 2011 adalah hari pertama masuk kelas XI, kelas baruku dan teman-teman baru. Pertamanya sedikit canggung karena kami harus saling mengenal lagi satu sama lain. Dan yang mengejutkan ada banyak juga yang masuk Bahasa. Di kelas itu ada pelajaran yang gak diberikan ke kelas lain yaitu Bahasa Arab, Anthropologi dan Karawitan. Selama ini aku udah enjoy dengan kelasku yang baru dengan teman-teman yang kocak, alay, asik dan lumayan gila. Aku bisa mengekspresikan apa yang aku mau lakukan. Keakraban yang aku jalani berlangsung dengan cepat. Aku dan teman-teman bisa langsung akrab dalam waktu sekitar 1 atau 2 mingguan. Itu semua karena semangat dari guru Bahasa Jerman yang mengatakan,
“Kita bisa membuka jendela dunia dengan Bahasa, tidak seperti kelas yang lain. Bahasa bukanlah kelas buangan. Maka kalian juga harus membuktikan kalau Bahasa juga bisa unggul dari jurusan lain. ”
Dan penyesalan itu hilang dengan sendirinya, aku juga bisa mengukir sejarah baru dalam keluargaku yang tadinya rata-rata pada masuk IPS.hehehehe...
Ya itulah pengalamanku, kegalauanku dan ceritaku ketika sebelum, saat terjadi dan sesudah terjadi kenaikan kelas saat penjurusan, ternyata asik juga bisa menentukan pilihan dalam hidup kita tanpa ada orang yang mengatur mau ke mana arah tujuan hidup kita. Makanya teman-teman jika kalian mau menentukan arah tujuan hidup kalian, pikirkanlah secara masak dahulu sebeum kalian memilihnya dan jangan sampai terjadi penyesalan ketika kalian melakukan kesalahan. JJJJJ

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

Doa Harian Ibu Teresa