LIBURAN BARENG

Suatu ketika saat libur kelulusan SMP, Nindi memutuskan untuk pulang ke Jogja. Karena libur masih panjang, akhirnya Nindi mengirim SMS kepada Nita supaya hari Sabtu pagi, ia menjemput Nindi di bandara. Ketika hari Sabtu sudah datang, Nita, Tina, dan Killa segera menuju ke bandara untuk menjemput Nindi. Sesampainya di bandara, Nita langsung berlari mencari Nindi,                      
“Nindi....”.                            
“Hey, Nita... apa kabar?”
“Kabar baik, Nin.. Eh, kamu liburan di Jogja berapa hari?”              
“Ya kira-kira sampai akhir atau pertengahan bulan Juni lah,, sekarang kan masih awal bulan Juni. Lhah.. kamu ke sini sama siapa, Nit?”
“Aku ke sini sama Tina dan Killa. Itu mereka.”        
“Ah, Nita. Kamu ini lari kok cepet banget sih? Capek tau..”            
“Ya maaf.”     
“Udah-udah jangan bertengkar terus, malu dilihatin orang.” kata Nindi
Setelah saling melepas kangen, mereka berempat akhirnya sepakat untuk mengantarkan Nindi pulang ke rumah dan sekalian mereka mampir ke rumahnya yang tak jauh dari bandara. Ketika waktu sudah sore, mereka memutuskan untuk pulang, dan berencana hari minggu pagi akan ke rumah Nindi lagi. Ketika hari Minggu pagi setelah ibadat di gereja, mereka bertiga berencana untuk berlibur bersama. Tina pun segera mengemukakan pendapat,            
“Gimana kalau kita liburan di Kaliurang? Nanti kita nginep di villaku.”      
“Enggak ah,,” kata Nita dan Nindi.
Namun Killa malah berpendapat lain, ia menyetujui pendapat Tina untuk berlibur ke Kaliurang.                
“Ya udah deh.” kata Nita.
 Dua hari kemudian mereka berkumpul di rumah Nita yang terletak di Jalan Kaliurang dan berencana untuk naik bis, supaya terkesan lebih rame.
“Wah, udah sampek ni.. capek banget. Aku pengen cepet-cepet tidur.” seru Killa dengan nada yang kelelahan.
Ketika itu juga, hawa dingin sudah menusuk sampai ke tulang, dengan sigap Tina, Killa, Nindi, dan Nita menyerbu tempat tidur masing-masing. Esok paginya, Tina dan Nita mengajak Killa dan Nindi untuk berjalan-jalan pagi,   
“Hey bangun lah, udah pagi nih.. mau lihat wedhus gembel dan jalan-jalan gak ni? Biar segerrr dan mumpung lagi bagus-bagusnya.”            
“Ha? Yang bener aja Tin..”                
“Ya iyalah bener.. makanya cepetan...”         
“Tunggu kita ganti baju dulu yak...”              
“Ah, dasar kalian ini, ditipu aja mau....”
Setelah siap, mereka langsung pergi jalan-jalan mengelilingi obyek wisata di sana. Tiba-tiba dalam perjalanan, Killa melihat kepulan asap putih yang berasal tak jauh dari villa mereka.     
“Eh temen-temen, lihat ada asap tuh, dari mana ya? Jangan-jangan...hiii”   
“Iya tuh,, kita lihat yuk..” sahut Tina.
Karena mereka sedang sibuk mencari asal asap putih itu, mereka tidak sadar kalau dari belakang teman mereka yang bernama Tian mengagetkan mereka,     
“Woy... lagi ngapain nih? Ngintip ya?”         
“Eh monyet.. ih ngagetin aja.. kamu juga ngapain di sini?” Nindi balik bertanya.
“Oh aku? Aku di sini lagi kemahlah. Aku juga gak sendiri kok.. ada Kristo, Aldi, dan Dhana. Biasalah, kita kan pecinta alam, jadi ya begini deh kerjaannya ingin memanfaatkan perkemahan di Kaliurang. Lah, kalian sendiri ngapain di sini?” jawab Tian dan malah balik bertanya.        
“Kita juga lagi menghabiskan liburan, jadi kita sepakat untuk menginap di villa milik Tina selama 3 hari. Selalin itu kita juga lagi mengamati Gunung Merapi nih, lihat wedhus gembelnya.” jawab Nita.                
“Ow, ya sudah kalau begitu. Eh ikut aku ke tenda yuk, tar mau ada makan singkong bakar bareng sambil minum teh hangat, kan udara lagi dingin-dinginnya.”
“Oke, kebetulan kita juga belum sarapan.”
           Mereka akhirnya menuju ke perkemahan, sesampainya di perkemahan yang mereka lihat di sana hanyalah Aldi yang sedang membersihkan tenda.     
“Hey Aldi,, piye kabare? Wes suwe ora ketemu.” sapa Killa yang sok menggunakan Bahasa Jawa.           
“Wah, ada temen-temen nih... maaf ni aku lagi bersihin tenda, mau ikut sarapan bareng ya? Maaf lah, si Kristo dan Dhana baru cari kayu bakar, biasalah mereka kan lemot.”           
“Walah-walah... kalo gitu aku dan Nita bantu mereka cari aja ya, sekalian ambil air juga.” jawab Tina mengusulkan.  
“Jangan, biar Nita di sini aja, kamu pergi sama Killa aja ya, tapi hati-hati ya soalnya itu sungai agak angker. Hihihi”                       
“Ya udah kalo gitu, yuk Killa.” Tina dan Killa langsung pergi dan tidak menghiraukan kata-kata Aldi dan Tian, mereka terus masuk ke hutan untuk mencari sungai.
         Ketika akan sampai ke sungai, mereka melihat Kristo yang sedang membawa kayu bakar, saat mereka tanya di mana Dhana, ia pun tidak mengetahui di mana Dhana. Pekerjaan Tina dan Killa pun justru bertambah untuk mencari Dhana yang menghilang.
     Ketika sampai di sungai, Tina mulai mengambil air, tiba-tiba Tina melihat seseorang berambut panjang dari kejauhan dan berteriak,   
“Killa..... kok bau wangi ya? Jangan-jangan ada se..se..setannn,”              
“Mana? Eh iya tuh, kok bau wangi juga ya? Jangan-jangan mereka semakin mendekat. Lari....” saking ketakutan, Tina dan Killa tidak jadi mengambil air, mereka justru berteriak setan. Dan orang tadi membalas,                    
“Mana setannya? Yah malah pergi..”  
        Ketika sampai di perkemahan semuanya terkejut melihat Tina dan Killa ngos-ngosan seperti sedang dikejar setan.              
“Kalian kenapa sih?” tanya Aldi.
“Kita habis lihat setan tu di sungai... awalnya kita cium bau wangi gitu dan terus malah lihat sesosok orang misterius. Dia sempat ngejar tapi gak tau sekarang di mana.”
“Kalian sih gak percaya, udah dibilangin kalo itu sungai emang angker malah tetep nekat. Ya gini deh akhirnya, gak ada air dan gak bisa minum.” kata Aldi lagi.           
“Temen-temen, kok bau ini ngikutin kita lagi ya? Waduh, jangan-jangan mereka emang  ngincer kita.” kata Tina yang lagi-lagi ketakutan.         
“Iya eh kok bau wangi?” sahut Killa, Nita, dan Nindi bersamaan.
“Kejutan....ahahaha. kalian ketakutan ya? Nih, aku bawain air tadi gak sempet ambil air kan. Yuk kita mulai bakar singkong dan buat teh hangat untuk teman kita yang ketakutan ini..” kejut Dhana.              
“Dhana? Kamu ini bikin kaget aja. Kalau jantungan gimana coba? Jadi yang bau wangi tadi itu kamu?” tanya Tina.     
“Iya. Hahaha lagi mandi tau, dikagetin.. ya udah ayo bakar singkongnya aku udah laper banget ni.”
Akhirnya mereka pun berpesta singkong bakar sambil bercerita-cerita tentang liburan yang akan mereka lakukan.          
“Nah, mumpung sekarang lagi pada kumpul-kumpul, kita mau nawarin ni, tiket ke Bali buat nonton pertunjukkan tari kecak di Uluwatu. Kalau kalian berminat, dateng ya... Penari kecaknya salah satunya ya kita ini..” ajak Dhana sambil memberikan tiket.
         “Ke Bali? Wah mau banget tu. Oke deh kalo gitu.” jawab Nita.
Setelah liburan yang mereka jalani selama 3 hari di Kaliurang, mereka pun akhirnya kembali ke rumah. Pada hari selanjutnya mereka merencanakan kapan akan pergi ke Bali untuk menyaksikan pertunjukkan teman-teman mereka itu. Karena mereka tidak ingin berlama-lama menganggur di Bali, mereka memutuskan untuk berangkat 2 hari sebelum pementasan. Ketika hari yang sudah dinantikan tiba, mereka berempat dengan kompak menuju ke bandara. Sekitar 2 jam perjalanan, mereka sampai juga di Bali.
“Wah, ke Bali lagi nih.. perasaaan baru tahun kemarin kita pergi ke Bali.” kata Tina.
“Iya nih, cepat banget ya 1 tahun itu. Ya udah, kita sekarang cari hotel yang deket sama tempat pementasannya yuk.” ajak Nindi.
Dua hari kemudian mereka bersiap untuk pergi ke acara pertunjukkan tari kecak itu. Sesampainya di sana Nita pun mulai kagum dengan aksi Tian, namun di samping itu diam-diam Aldi menyukai Nita. Selesai pertunjukkan, Nita menghampiri Tian dan mereka pun bercakap-cakap,     
“Wah Tian, pertunjukkanmu keren banget... dapet bakat dari mana?”
“Oh itu, selain aku pecinta alam, akau juga cinta budaya Indonesia dong..hahaha”
“Bagus dong...”  
Karena Nita dan Tian sedang asyik ngobrol, mereka pun diganggu oleh Tina, Nindi, Killa, Dhana dan Kristo,                       
“Ciye Nita... lagi ngapain nih? Ngobrol berdua aja...” seru Kristo.   
 “Hah? Gak ngapa-ngapain kok.. cuma membahas tentang tari kecak tadi.”             “Ow ya udah, kita makan malam bareng aja yuk.. aku yang traktir.” ajak Dhana.
Namun di samping Tina, Killa, Nita, Nindi, Dhana dan Kristo yang sedang tertawa ria, Aldi malah jutek dan cemburu dengan kedekatan Nita dan Tian. Saat makan malam pun, Aldi sama sekali tidak unjuk bicara di depan mereka.
Esok paginya lagi mereka pergi ke Pantai Kuta, saat itu Aldi tidak terlihat di antara Kristo, Dhana, dan Tian.            
“Dhan, Aldi ke mana? Kok gak ikut sama kalian?” tanya Tina.  
“Iya ni Tin, dia katanya lagi gak enak badan gitu gara-gara kemarin di telat makan.”   
“Ya udah, nanti sore kita mampir ke penginapanmu ya buat jenguk Aldi.” kata Nindi.
Sepulang dari Pantai Kuta mereka menyempatkan diri untuk menjenguk Aldi di penginapannya. Namun ketika sampai di sana, Aldi malah mengusir mereka dan tidak mau menemui mereka termasuk Tian, Aldi malah membeci Tian, gara-garanya Tian dekat dengan Nita. Bahkan Aldi pun tidak mau lagi berbicara dengan Tian. Mereka pun curiga dengan kelakuan aneh Aldi semenjak di Bali, mereka takut kalau dia kemasukan leak, saat bicara dengan Aldi pun, ia tidak mau menjawab masalah apa yang ia hadapi, malah Aldi mengajak mereka semua bertemu di Museum Rakyat Bali, ia ingin bangunan megah museum itu menjadi saksi kemarahan yang dialami Aldi. Pukul 10.00 pagi mereka sudah berkumpul di museum untuk mendengarkan cerita dari Aldi. Di sana Aldi pun marah-marah dan nyaris menonjok wajah Tian yang tidak tahu apa-apa, Kristo dan Dhana pun berusaha melerai mereka. Ketika suasana sudah tenang, Aldi menjelaskan kenapa dia bertingkah seperti itu,          
“Aku bertingkah seperti ini karena aku cemburu sama kamu Tian, kamu selalu diperhatiin Nita.”  
Mereka semua hanya bengong dan bingung kok bisa Nita di sukai 2 cowok sekaligus, tadinya Tian yang ingin menyatakan perasaan ke Nita malah mengurungkan niatnya.           
“Tapi maaf Aldi, aku gak suka sama kamu, aku sebenarnya suka sama Tian udah dari lama, jadi sekali lagi maafin aku ya. Dari pada ribet kayak gini, kita sahabatan aja ya...” kata Nita dengan bijaksana.          
“Oke guys, eh iya.. karena sebentar lagi kita masuk SMA aku mohon jangan ada lagi perselisihan di antara kita ya, kita semua sahabatan aja ya... maka dari itu kita foto bareng mau yuk, buat mengabadikan persahabatan kita dan liburan bareng kita selama liburan.” kata Tina.
Mereka pun setuju dengan usulan Tina, selain itu mereka juga bertukar kenang-kenagan dan dari peristiwa itu mereka sadar akan pentingnya sebuah persahabatan, sejak itu mereka pun berjanji tidak akan menyia-nyiakan persahabatnan mereka yang telah terukir sejak di SMP.

                                                                                                Maria Ardianti K.S/16/XB

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

Doa Harian Ibu Teresa