If We Hold On Together 2

Dua tahun sudah Charitasinger berjaya di panggung musik. Kini para personil sudah menduduki kelas dua SMA, kini mereka pun sudah memasuki masa-masa yang begitu sibuk di dalam kelas penjurusan. Hampir 3 bulan mereka tidak bertemu dan selain itu kegiatan mereka di sekolah pun semakin padat. Suatu ketika di malam Sabtu, Sari ngobrol dengan Fausti lewat telepon,
“Tin, gak kerasa ya Charitasinger udah berjalan selama 2 tahun...hmmm. Dan juga kita gak kerasa udah duduk di kelas 2. Hahaha. Eh gimana nih nasib Charitasinger?? Lama gak kumpul lagi??”
“Iya nih, kapan ya bisa kumpul-kumpul lagi?? Lagian sekarang kita juga lagi sibuk, Sar. Banyak tugas ini itu apalagi masak kita mau konser di saat-saat kayak gini?? Kita udah banyak nolak tawaran manggung.”
“Iya ya!! Gimana kalo besok minggu kita kumpul-kumpul bareng di mana gitu??”
“Hmmm... di mana ya?? Di rumahku gimana??”
“Ya udah, besok minggu jam 10 pagi kita kumpul di rumahmu ya... Tapi kamu lah yang kasih kabar ke temen-temen. Lagi limit jhe, Tin. hehehe”
“Maunya.. yo wes. Hahaha”
SMS untuk berkumpul di rumah Fausti sudah disebar dan mereka sepakat untuk datang ke rumah Fausti. Hari yang mereka nantikan untuk berkumpul lagi pun tiba. Tepat pukul 10.00 WIB mereka sudah berada di rumah Fausti. Decak kagum dan saling sindir pun terjadi. Seperti ketika Fausti ditanya Tiyok,
“Eh Tin, masuk jurusan apa we??”
“IPS dong...hahaha. Lha kamu Yok?? ”
“IPS jugalah sosial gitu...hahahaha.”
“Huuu gaya ki sing anak sosial.” kata Sari dan Remon.
“Yo ben to...huuuu. Hahaha.” kata Tiyok.
“Lha emang Remon mlebu jurusan apa.e?? Ah neg Sari aku wes reti mlebu jurusan apa.” tanya Fausti.
“Aku?? BAHASA dong... Ada Bahasa Jermannya gitu...hahahaha. Wie heiβt du?” tanya Sari pada Remon.
“Ich heiβe Raymondus Braja Restu. Hahaha. Ooo tanya aku to Tin?? Aku BAHASA lah... Hahaha” kata Remon.                                                                                                                             
“Halah-halah... Aku ra mudheng. Sudah-sudah cukup. Ketoke aku mau takon sapa sing  jawab sapa. Eh iya, Putri gak bisa dateng nih. Lhah, Evan juga mana nih?? ”
 “Evan?? Wah iyo... nengdi cah kae??Kangen aku gak bisa cipika-cipiki sama dia. Hahaha. Neg Putri setauku dia lagi ada acara jhe.” kata Tiyok.
“Halah rasah kakehan ngguyu we Yok. Hahaha. Wah, ki bocah ketoke ngerti apa wae tentang Putri. Ihhir....” kata Remon
“Halah apa neh to??? Rasah 4L4Y to, Mon. Mboh ah.... Lha dia sing SMS aku og... Oh iya, kemaren itu aku dapet tawaran buat ngisi Pensinya JB, jadi gimana?? Apa kita mau terima tawaran itu??” kata Tiyok.
“Wiwiwi, mutung ki.. Ya oke. Kita terima tawaran itu untuk pentas di Pensinya JB. Eh iya, Evan itu pulang ke Kalimantan jhe... piye no?? Eh Mon, kamu bisa nggebug drum to?? Sementara waktu Evan kita ganti Remon aja dulu. Piye?? Setuju ra??” kata Sari.
“Hmmm.... Aku?? Yo rapopo sih. Pensinya 2 minggu lagi lho eh. Nah, kita latihannya piye?? Apa kita minta tolong sama Mr. Nanang Beatrice?? Aku punya nomer.e ” kata Remon.
“Yoyoyo... setuju lah. Tapi kamu yo yang hubungi...” kata Fausti.
“Sip....”
Dua minggu menjelang Pensi mereka disibukkan dengan latihan vokal yang dibimbing oleh Mr. Nanang Beatrice. Meskipun jadwal mereka di SMA sekarang ini padat namun mereka tetap bersemangat untuk memeriahkan acara Pensi itu. Namun mereka sedikit lega karena acara tersebut bertepatan dengan malam minggu.
“Temen-temen jangan lupa ya kalo besok kita harus dateng di sini on time jam 17.00 WIB gak pake karet. Hahaha.” kata Tiyok.
“Iyo-iyo.. Asalkan koordinator.e yo on time. Hahahaha.” kata Fausti.
“Woke coy.... Eh Putri di kabari kalo besok kita kumpul bareng di rumah Fausti.” kata Sari.
Sorenya mereka sudah bersiap-siap menuju ke JB grup mereka kehilangan 1 personil yaitu Evan, namun itu hanya bersifat sementara saja. Tepat pukul 17.30 WIB mereka sudah sampai di JB dan melakukan GR bersama-sama dengan mereka yang juga ikut memeriahkan acara Pensi di JB itu. Ternyata JB juga mengundang tamu spesial, namun mereka tidak tahu siapa tamu itu kecuali anak JB sendiri. Waktu yang cepat berlalu sudah menunjukkan pukul 18.30 WIB, mereka segera bersiap untuk pentas.
“Grup musik ini sudah dibentuk selama 3 tahun, mereka terdiri dari 6 orang, namun sayang sekali salah satu personil mereka tidak dapat hadir ditengah-tengah grup band yang sedang berjaya ini. Namun itu tidak menjadi masalah. Mari kita sambut grup band CHARITASINGER.......” sambut MC yang membuka acara.
“(Prok... prok....prok... prok...)”
Mereka membawakan 2 lagu untuk pertunjukan pertama. Sorak-sorai penonton memberikan semangat kepada mereka untuk kembali tampil di pertengahan dan di akhir acara. Dan di akhir acara mereka akan pentas dengan tamu istimewa yang sudah diundang oleh JB.
“Iyak,, terima kasih untuk CHARITASINGER atas penampilannya.” kata MC lagi.
Mereka pun kembali di belakang panggung. Saat di belakang panggung....
“Piye aku tadi waktu mukul drum??” kata Remon.
“Bagus kok. Gak kalah dari Evan. Hehehe.” kata Sari.
“Wah meriah banget sambutan.ne....” kata Putri.
“Iyolah... cah JB ngono..... Hahaha.” kata Tiyok sambil menyombongkan diri.
“Huuuuu.......” sorak Sari, Remon, Putri dan Fausti.
“Ayo eh ambil nafas dan nada lagi.” ajak Sari.
“Do... Re... Mi...” kata mereka bersama-sama.
“Udah ah istirahat sek sambil nonton yang laennya.” kata Fausti.
“Eh, lihat no... Ada artis... Hahahay. Jangan-jangan itu eh tamu spesialnya.. Ih wow.. Koe mesti kagum Tin!! Koe ki ngapa.e?? Manyun mulu semenjak pegang HP.” kata Sari.
“Gak apa-apa kok, Sar. Besok aku ceritain deh. Mana.e artisnya??? Halah biasa wae to!!! Kita juga artis og. Tenang wae(suatu saat)Hahaha.” kata Fausti sambil SMSan.
“Udah, sekarang jangan manyun lagi. Itu... Wah gawat marani rene to!!!?? Pengen ketemu ra?? SM*SH lho eh. Xixixixi” kata Sari.
“Ah bohong... (saat menoleh) Auw... Foto-foto to eh...hahahah mumpung gratis.. Arrrghh.. Morgan... Bisma... Dicky.... Hahay. Langsung tak upload ah..”
“Hayah, langsung deh kumat. Tadi bilangnya biasa wae...” kata Sari.
“Ho.o. 4L4Y deh... Tapi ayo foto-foto.” ajak Tiyok.
“Wolha.... ckckck” kata Remon dan Putri.
Mereka pun bercakap-cakap dengan personil SM*SH itu. Ada yang minta foto, tanda tangan, dan saking semangatnya Fausti minta dipeluk (hiiiiii) langsung deh update status dan pemanasan mennyanyikan lagu I Heart You untuk pertunjukkan di akhir acara nanti.
“Waa... JB baik betul ale datengin SM*SH.” kata Sari
“Gila.. Mimpi apa aku  semalem??” kata Fausti yang masih tidak percaya.
“Itu usulku lho eh.... Hahaha.” kata Tiyok.
“Ahaaa???” jawab mereka bersama-sama.
“Ah kalian, sadis betul sama aku.... hiks...”
“Halah ga usah sok manyun gitu juga dong, kan cuma bercanda doang... Tar tak beliin balon yang bisa bunyi wes. Hahahaha” kata Sari.
“Kowe ki apa to, Sar?? Aku kan jadi malu... Hehehehe”
“Yo wes-yo wes, ayo kita temuin SM*SH.” kata Remon lagi.      
Pukul 22.00 WIB acara Pensi diakhiri dengan pentasnya CHARITASINGER dan SM*SH. SM*SH pun menoleh sambil tertawa melihat tingkah Fausti yang 4L4Y, dan teman-teman yang lain pun malah malu melihat tingkah Fausti.
“Mari kita saksikan lagi penampilan terakhir dari CHARITASINGER dan SM*SH dengan menyanyikan lagu I Heart You.” kata MC.
“(Prok... prok... prok... prok...)”
“Ayo eh dipanggil lagi. Hahaha. Oh SM*SH...” kata Fausti.
“Terima kasih sekali lagi kepada CHARITASINGER dan SM*SH yang telah mengisi acara di jam terakhir ini, dan terima kasih juga kepada tamu-tamu undangan yang lain yang telah ikut memeriahkan acara Pensi ini. Selamat malan dan sampai jumpa di acara Pensi tahun depan.” kata MC ketika menutup acara Pensi.
Keesokan harinya mereka berencana untuk rapat di rumah Fausti lagi dan Evan pun sudah kembali dari Kalimantan. Namun di saat rapat Fausti sedikit bleng karena asyik SMSan. Itu pun membuat penasaran personil yang lain. Mereka tahu kalau Fausti memang sedang berpacaran, oleh sebab itu Fausti sekarang lebih menyibukkan diri untuk pacarnya itu.
“Ah, capek betul tadi malam. Tapi menyenangkan. Hahaha” kata Sari.
“Iyap. Betul...betul...betul.” kata Fausti, Remon, Tiyok, Putri.
“Temen-temen maaf ya kalau kemarin aku pulang kampung gak bilang-bilang. Lagi ada masalah nih. Gimana kemarin Pensinya??” kata Evan.
“Seru banget dong.. ah rugi kamu gak bisa ketemu sama SM*SH.” kata Putri.
“Ssst, Sar. Tuh, Fausti kok muka-muka bad mood?? Panggil eh.” pinta Tiyok.             
“Heh Tin, dengerin dulu lah kalo Mr. Nanang Beatrice lagi ngomong. Penting nih!!!” kata Sari sembari mengingatkan.
“Iyo-iyo... kenapa to?? Sensi amat.” kata Fausti.
“Lah kamu juga yang muka-muka bad mood.” kata Tiyok lagi.
“Oooo gitu ya kalo merasa sibuk sendiri?? SMS terus sambil menggumam sendiri,  jadi kamu pentingin mana?? Kalo kamu pentingin grup kita, break dulu lah SMSnya.” kata Remon menambahkan.
Fausti pun tak mau kalah dengan Remon dan dia meluapkan kemarahannya kepada Remon kemudian meninggalkan ruang rapat sambil menggedor pintu di dekatnya.
“Halah kamu itu tau apa Mon!! Gak usah sok ikut campur deh kamu.” kata Fausti sambil meninggalkan rapat.
“Ini juga buat kepentingan CHARITASINGER, Tin!!!” kata Remon sambil berdiri dan menggebrak meja.
“Sudah-sudah malah pada ribut sendiri. Ayo lanjutkan rapatnya.” bentak Mr. Nanang Beatrice sambil mengelus dada.
Sari pun mengejar Fausti namun Mr. Nanang Beatrice melarang.
“Sari, sudah lah tidak usah dikejar. Biarkan saja kalau dia memang merasa sibuk dengan urusan pribadinya.”
“Yes Sir.”
Mereka pun melanjutkan rapat tanpa Fausti. Mr. Nanang Beatrice mengumumkan kalau mereka diundang untuk manggung di Solo. Ketika rapat sudah selesai, Sari menghampiri Fausti yang sedang duduk sendirian di teras.
“Tin, kamu kenapa sih kok sikapmu berubah?? Apalagi waktu kita di belakang panggung tadi malem.”
“Gak apa-apa kok, Sar.”
“Ah bohong, tadi kelihatan banget kalo kamu itu lagi marah. Kan gak enak sama Mr. Nanang Beatrice. Tadi setelah kamu keluar sebenarnya ada tawaran lagi untuk manggung di Solo. Dan kali ini kita gak boleh nolak rencananya kita manggung di bulan September akhir.”
“Wah ya gak bisa gitu dong. Aku mau jalan sama cowokku. Udah jarang aku jalan sama dia semenjak kita menyiapkan pentas untuk Pensi di JB.”
“Oooo gitu jadinya. Halah pacaran aja baru waktu naik kelas 2 SMA aja udah gitu sekarang kelakuanmu. Sekarang kamu boleh pilih, kamu milih temen-temen kamu di CHARITASINGER atau PACAR kamu??”
“Aku lagi galau nih. Udah deh kamu pulang aja. Please Sari, leave me alone!!!”
Mereka pun sudah mengetahui kalau pacar Fausti juga satu sekolah dengan Remon dan Tiyok. Ketika Sari sudah meninggalkan Fausti, teman-teman yang lain masih menunggu di luar dan menanyai Sari.
“Piye Sar??” kata Tiyok.
“Ah mboh!! Dia malah ngusir aku og. Ini berarti kita di bulan September Fausti gak ikut tampil bareng sama kita. Kalian lihat sendiri kan sikapnya tadi kayak apa. Kita harus bilang ke Mr. Nanang Beatrice.”
“Sabar ya, Sar. Iya nih, masak gara-gara masalah sepele kayak gitu terus dia gak ikut manggung!!” kata Putri sambil merangkul Sari.
“Berarti kalo gak ada Fausti kamu ntar nyanyi sendiri dong Sar... Ihhir..” kata Evan.
“Iya ya?? Piye ki?? Aku ndak PD eh..”
“Tenang, kita bantu kok, Sar... Hahahahay.” kata Remon.
“Inget kan semboyan kita?? If We Hold On Together.” kata Tiyok.
“Makasih guys. Tumben kamu bener Yok nyebutin lagunya Diana Ross. Hahaha.”
“Yoi dong kan udah aku pelajari sungguh-sungguh dengan IMAN dan dengan PIKIRAN YANG JERNIH. Jadi bisa kan nyebutinnya.” kata Tiyok sambil senyum-senyum penuh penghayatan.
“Ah... dasar 4L4Y.... Emang baca Kitab Suci pake IMAN segala?? Hahahaha.” Sahut Sari, Remon, Putri, dan Evan yang sambil tertawa.
Karena kedekatan Fausti dengan pacarnya, Fausti pun memutuskan untuk keluar dari CHARITASIGER. Evan kembali dan malah sekarang Fausti yang mundur, itulah yang sedang dialami CHARITASINGER saat ini. Ternyata diam-diam Mr. Nanang Beatrice mendengar percakapan mereka dari balik pintu. Suatu saat ketika latihan.....
“Ah puyeng aku kalo gini. Nyanyinya susah amat.” kata Sari.
“Udah, pelan-pelan aja ngapalinnya gak usah buru-buru, Sar” kata Putri memberi semangat.
“Ah, aku jadi sebel deh sama Fausti. Dia masak lebih mentingin pacarnya daripada grup bandnya sendiri. Kesannya egois banget.e tu anak.” curhat Tiyok dengan wajah berpikir.
“Ah udah lah, biarin aja. Kita latihan lagi aja yuk.” pinta Evan.
Hari selanjutnya sepulang sekolah Fausti menelpon Sari dan mencurahkan isi hatinya....
“Sar, aku minta maaf ya eh atas sikapku kemarin. Aku bener-bener lagi bad mood.”
“Iya-iya gak apa-apa. Tapi apa kamu udah minta maaf dengan yang lain??”
“Aku gak berani, Sar. Aku takut, apalagi sama Mr. Nanang Beatrice dan Remon. Remon kan kemarin juga ikutan emosi gara-gara aku.”
“Tapi besok kamu ikut dateng latihan kan??”               
“Gak ah, tekadku pengen keluar dari Charitasinger. Apalagi pacarku  juga udah kasih pilihan ke aku buat pilih dia atau Charitasinger.”
“Ah,, ya udah deh terserah sama kamu.”
Telepon itu kemudian di tutup. Sore itu mereka memang sedang tidak ada jadwal untuk latihan, tetapi sore itu mereka menyusun strategi untuk membujuk Fausti agar mau kembali lagi bergabung di CHARITASINGER. Saat CHARITASINGER berkumpul, Sari bercerita kepada teman-teman yang lain tentang percakapannya dengan Fausti,
“Sore temen-temen...” sapa Sari.
“Sore juga Sari, tumben kok telat?? Biasanya kalo dateng selalu nomor 1.” tanya Evan heran.
“Iya nih. Lagi capek, suntuk dan sebal.”       
“Sebal sama siapa.e?? Aku? Remon? Tiyok? Evan?” tanya Putri.
“Bukan sama kalian, tapi sama Fausti.”
“Kenapa-kenapa?? Cerita lah!!” kata mereka bersama-sama.
“Gini ceritanya, tadi pagi dia telpon aku dan dia bilang minta maaf atas kejadian kemarin pagi, pokoknya dia curhat gitu deh sama aku. Dan kalo aku pikir-pikir juga dia mau keluar dari Charitasinger itu karena pengaruh dari pacarnya. Ya aku sih gak yakin 100% itu dari pacarnya lho. Menurut kalian gimana??”
“Hmmm kayaknya ada benernya juga sih... Mon, besok pagi kita labrak pacarnya Fausti yo!!!” kata Tiyok.
“Kita?? Ah mbok biarin aja kenapa??”
“Ah ya gak bisa gitu dong Mon. Charitasinger udah terkenal kalo personilnya 6 orang, masak ntar ada gosip kalo Charitasinger pecah cuma gara-gara salah satu personilnya keluar karena dipengaruhi pacarnya?? Kan gak lucu.”
“Mmmm bener juga ya?? Lagian juga yang menjadi pencetus berdirinya Charitasinger kan Fausti juga kan. Oke deh kalo gitu.”
“Menurutmu piye Sar??” tanya Tiyok.
“Nglabrak?? Jangan ah, aku gak setuju dan aku gak mau kalo Charitasinger juga tercemar.”
“Nah, setuju tuh!!” sambung Evan dan Putri.
“Ya kita lihat aja besok..” kata Tiyok.
Sepulang sekolah, Remon dan Tiyok berniat untuk menjalankan misi untuk melabrak pacar Fausti di lapangan sepak bola, mereka tidak main keroyokan, namun hanya saling menasihati.
“Heh bro, maumu apa ha nlarang-nglarang Fausti supaya gak ikut latihan??” Tiyok memulai sapaannya.
“A...a...apa maksudmu??” kata pacar Fausti ketakutan.                
“Kamu kan yang pengen buat Charitasinger hancur ditengah kepopulerannya??” kata Remon.
“Eng..enggak kok!!”
“Halah, gak usah bohong kamu...” bentak Tiyok.
“Iya deh aku ngaku. Aku gak mau kalo Fausti ninggalin dan ngelupain aku hanya karena dia bergaul dengan orang-orang seperti kalian di Charitasinger. PUAS?? Udah ah aku mau pulang.”
“Eitt... tunggu dulu, urusan kita belum selesai. Cuma itu doang?? Gak ada yang lain??” hardik Remon.
“Enggak ada lagi kok, cuma itu aja. Udah ya bro, mau pulang.”
Akhirnya Tiyok dan Remon berhasil untuk melabrak pacar Fausti. Namun ternyata ia malah melaporkan kejadian di sekolah itu ke Fausti. Dan malam harinya Fausti lagi-lagi marah ke Sari lewat telepon,
“Sar, apa to yang terjadi semenjak aku keluar dari Charitasinger?? Tiyok sama Remon nglabrak pacarku ya??”
“Apa maksudmu?? Aku gak ngerti.”
“Udahlah gak usah bohong lagi sama aku, aku udah tau Sar kamu itu kayak gimana. Kamu nyuruh mereka buat nglabrak dia??”
“Enggak, tapi mereka sendiri yang mau nglabrak pacarmu itu, tujuan mereka supaya kamu bisa balik lagi ke Charitasinger, Tin. Tapi terserah kalo kamu mau marah, yang penting mereka gak pake kekerasan. Coba kamu pikir ulang tentang keputusanmu yang memang berniat untuk keluar dari Charitasinger!!!”
“Mboh ah....”
Menjelang pentas Charitasinger di Solo mereka semakin giat untuk berlatih. Ternyata keputusan Fausti untuk keluar benar-benar sudah bulat meskipun di dalam dirinya ada rasa galau. Robert pun sudah berubah pikiran dan mencoba untuk membujuk Fausti meskipun kini ia harus rela kehilangan Fausti karena kepopulerannya, namun Fausti tetap tidak mau menarik keputusan yang sudah dibuatnya. Ketika latihan terakhir, Mr. Nanang Beatrice bertanya pada anak-anak didiknya,
“Teman-teman, bagaimana untuk pentas kita di Solo nanti?? Apakah Fausti benar-benar keluar??”
“Iya Sir. Kemarin Fausti bilang gitu ke saya.” kata Sari.
“Ya sudah kalau begitu, kalian tetap latihan saja meskipun tidak ada Fausti.”
“Oke Sir.” kata mereka serampak.
“Remon... Tiyok... Kalian bener-bener nglabrak pacarnya Fausti??” tanya Sari.
“Hehehe iya. Kenapa, Sar??” jawab mereka bersama-sama.
“Hah gila.e kalian.” kata Putri menambahkan.
“Kalian tu nekat ya?? Ini nih yang gak aku suka dari kalian.”
“Sudah-sudah, ayo latihan. Lusa kita pentas.” ajak Evan.
Dua hari kemudian, mereka berangkat ke Solo. Untuk melakukan GR di sana. Sore harinya pukul 17.30 WIB mereka pentas. Dan di belakang panggung.....
“Suaraku piye eh??” tanya Sari.
“Keren, apik kok.” jawab Putri.
“Makasih ya kalian udah kasih aku semangat meskipun gak sesempurna kalo ada Fausti.”
“Udahlah Sar, gak usah sedih gitu ah. Gak enak dilihatnya. Hahaha.” kata Tiyok menghibur.
“Tumben we Yok gak 4L4Y. Hahaha.”
“Lagi males je... gimana dong mbak?? Hahaha.”
“Hahahaha.”
“Nah gitu dong Sar, ngakak. Lha kamu dari tadi murung terus jhe... Hahahahahaha.” kata Remon.
Saat penutupan pentas CHARITASINGER kembali tampil. Tidak diduga ketika Sari menyanyi ada suara lain dari belakang. Ternyata itu adalah Fausti. Dan akhirnya mereka bersama-sama menyanyikan lagu All For One yang dipopulerkan oleh High School Musical. Selesai pentas mereka terkejut dan agak canggung dengan Fausti, karena pertemuan terakhir mereka dilandasi dengan kemarahan.
“Udah berubah pikiran to Tin?? Berani banget kamu dateng!!” kata Tiyok jengkel.
“Maafin aku guys, aku tau kalo aku salah. Aku udah berubah pikiran untuk bergabung lagi dengan kalian di Charitasinger. Aku janji gak akan ninggalin grup musik kesayangan aku ini.”
“Halah alasan aja kamu Tin. Kemarin-kemarin malah nurutin perkataan pacar kamu itu.” kata Putri.
“Aku kan tadi udah bilang kalo aku janji gak akan ngulangin perbuatanku lagi.”
“Udah-udah. Kalian ini ribut aja. Kita harusnya seneng kalo dia udah mau gabung sama kita lagi di Charitasinger. Fausti, makasih ya tadi kamu bantuin aku nyanyi. Kalo gak ada kamu mati sudah..” kata Sari.
“Hahahaha. Oke my best friend..”
“Maafin kita juga ya Tin, kita udah bentak-bentak kamu.” kata Evan.
“Maafin aku dan Tiyok juga karena aku dan Tiyok udah nglabrak pacarmu.” kata Remon.
“Iya, udah-udah, aku udah putusin dia, gara-gara dia aku jadi lupa sama sahabat-sahabatku. Udahlah malah pada nangis-nangis. Inget kan kalo kita itu punya semboyan.”
“Inget dong. IF WE HOLD ON TOGETHER.” kata Tiyok.
“Hahaha sekarang hobi banget kamu nyebutin kata-kata itu.” kata Sari.
“Dah gitu bener lagi nyebutinnya. Hahaha.”
“Kan udah aku bilang. Aku pelajari sungguh-sungguh dengan IMAN dan dengan PIKIRAN YANG JERNIH. Jadi bisa kan nyebutinnya.” kata Tiyok dengan mengingat kata-kata yang sudah dikatakannya dulu.
“Ahahahahaha dasar 4LAY.” tawa mereka bersama.
“Udah yuk, aku traktir makan deh...”
“Oke. Hahahahaha.”                                                        
Akhirnya Fausti sadar kalau semua tindakannya salah, dan sekarang ia mau bergabung lagi dengan Charitasinger yang sudah membesarkan namanya itu . Sejak saat itu mereka berjanji kalau tidak membuat keputusan sendiri yang dilandasi keegoisan. Karena egois dapat menimbulkan perpecahan di antara mereka.
CREATED BY: Maria Ardianti Kurnia Sari and Maria Faustina Beata (20 APRIL'11)

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

If We Hold On Together