Serba Baru: Cerita dan Pengalaman

Hallo…. Lama tak menulis di blog ini. Kali ini saya akan membagi kisah ketika saya untuk pertama kalinya mengikuti book launch buku saya dan teman-teman Pandidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


Tahun 2015 menjadi tahun spesial karena saya menerbitkan buku perdana. Memang penulis buku tersebut bukan saya sendiri, melainkan bersama dengan tiga puluh empat orang lainnya. Launching buku itu sendiri dilaksanakan pada tanggal 28 April 2015 yang lalu. Benar-benar kabar gembira bagi kami para penulisnya. Seperti pada cerita sebelumnya mengenai bagaimana proses pembuatan cerita dan bagaimana cara menjadi penulis. Memang, saya mengakui diri sebagai penulis amatir karena saya belum menerbitkan buku saya sendiri.

Ada banyak kendala dibalik penerbitan buku “Nembak itu Seruu!!”, mulai dari bagaimana akan dipasarkan dan hal yang penting adalah bagaimana caranya agar bisa dipasarkan di Toko Buku Gramedia. Sungguh menjadi kebanggaan tersendiri jika buku yang kita buat, dipasarkan di sebuah toko buku ternama di Indonesia.

Kabar book launch itu sendiri tepatnya beberapa hari sebelum Hari Raya Paskah. Sungguh hadiah Paskah yang istimewa. Setelah tahu kabar tersebut, salah seorang dosen mangajak kami beberapa mahasiswa yang terlibat dalam penulisan buku ini untuk menyusun acara book launch. Setiap hari Jumat sepulang kuliah pukul satu siang, kami berkumpul untuk menyampaikan beberapa progress. Memang tidak memakan waktu yang lama dan saya juga harus membagi waktu untuk kegiatan English Action Days 2015 yang waktu itu akan diselenggarakan pada bulan Mei. Jadwal rapat untuk book launch dan MC training memang diselenggarakan pada jam yang sama. Mau tidak mau saya harus merelakan salah satu. Dengan antusias saya dan teman-teman menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk acara book launch tersebut, dari mulai pembuatan poster dan kaos, promosi, dan mengurus door prize yang akan dibagikan. Sungguh hal yang keren bagi kami semua.

***

H-1 acara. Semua sibuk dengan tugas masing-masing. Senja hari di kampus tercinta saya, teman-teman, dan salah satu dosen berkumpul di common room Pendidikan Bahasa Inggris (kapan lagi bisa nongkrong di sana? Hahaha…). Saya dan teman-teman mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk esok harinya. Menikmati senja bersama dengan secangkir teh hangat manis buatan Ibu Dosen. Hehehe… Diperlakukan sebegitu istimewanya oleh seorang dosen.

Esok hari datang dengan cerahnya. Sebelum acara bersejarah itu (bagi saya), saya harus presentasi salah satu mata kuliah pada hari itu. Otomatis saya tidak bisa skip pada mata kuliah itu untuk mempersiapkan sharing creative saya saat book launch. Melatih mental dengan apa yang harus saya sampaikan di saat presentasi dan sharing.

Waktu berjalan dengan cepat. Setelah kelas usai pukul sebelas, masih ada satu jam untuk persiapan proses sharing kreatif. Ternyata tak hanya itu saja, saya juga harus berkumpul dengan teman satu kelompok untuk membahas presentasi untuk hari berikutnya, di hari Rabu. Memang melelahkan karena tiga hari berturut-turut saya harus presentasi sekaligus menguji mental. Hehehe…

Pukul setengah dua belas siang, saya dan seorang teman menuju ke Panggung Realino yang letaknya di Kampus 2. Sudah ada beberapa teman yang lain untuk ikut mempersiapkan level di Panggung Realino dan salah seorang pimpinan redaksi Scritto Books yang ikut serta menyiapkan tempat. Hanya nampak beberapa orang dari kami, dan rasa bangga pun sudah muncul. Tak menunggu lama, pukul dua belas siang acara dimulai. Sambutan demi sambutan dari Kaprodi Pendidikan Bahasa Inggris, coach writer Nembak itu Seruu!!, pimpinan redaksi Scritto Books, Bapak Rektor, dan juga sharing proses kreatif dari saya dan salah seorang teman saya.

***


Di dalam buku Nembak itu Seruu!! saya menulis dua buah cerita pendek. Inspirasi cerita tersebut saya ungkapkan ketika proses sharing kreatif. Dua buah judul cerita tersebut adalah: Cinta Sabar Menanti dan Kutembak Dirimu di Antrian SPBU. Mungkin salah satu dari judul tersebut memang mainstream. Karena memang ada unsur kesengajaan. Dan berikut dua inspirasi cerita tersebut serta ulasannya:

Cinta Sabar Menanti

Cerita tersebut terinspirasi dari cerita sewaktu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Cinta itu ibarat sebuah pohon yang selalu kuat diterpa berbagai macam musim, seperti musim hujan dan musim panas. Ketika orang sudah mulai jatuh cinta, maka ia akan terus bertahan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan untuk kedepannya. Begitulah cinta yang selalu memberikan kesabaran bagi orang yang merasakannya.

Cinta sabar menanti, di sisi lain juga terispirasi dari sebuah pohon beringin yang ada di depan sebuah Taman Kanak-Kanak Karitas Nandan Yogyakarta yang merupakan sekolah saya dulu. Pohon beringin tersebut sampai sekarang masih tumbuh di depan halaman depan Taman Kanak-Kanak tersebut. Ada banyak kisah yang terjadi di bawah pohon tersebut. Ketika mungkin sebagian anak-anak yang belum dijemput oleh orang tua mereka, mereka akan menunggu di bawah pohon tersebut duduk di sebuah bangku semen yang ada di sana.

Ketika saya dan teman-teman SD berencana untuk pergi bersama, terkadang kami akan saling menunggu di bawah pohon tersebut. Pohon besar yang entah sudah berapa tahun usianya masih tetap berdiri untuk memberikan keteduhan dan kesejukan bagi mereka yang berada di bawahnya.

Oleh karena itu cerita yang berjudul Cinta Sabar Menanti ini tercipta karena sebuah inspirasi dari sebuah pohon beringin yang memang memberikan banyak kenangan bagi para penikmat memori masa lalu.

Kutembak Dirimu di Antrian SPBU

Terlalu mainstream? Mungkin, tapi ini adalah unsur kesengajaan dari saya yang terinspirasi dari kelangkaan BBM pada tahun 2014 lalu. Memang saat itu antrian panjang ada di mana-mana, tapi mengapa kok tidak terinspirasi untuk dibuat sebuah cerita? Itulah yang saya pikirkan waktu itu.

Awalnya saya bingung untuk menentukan jalan cerita beserta konfliknya. Ketika saya pergi ke gereja, salah seorang Pastor memberikan khotbah mengenai kelangkaan BBM yang sedang terjadi. Pastor bercerita ada banyak kejadian yang “mungkin” terjadi ketika antri BBM di SPBU, misalnya ada sepasang suami istri yang bertengkar dan kemudian berbaikan karena si suami sedang mengantri di SPBU dan meminta sang istri untuk mengantarkan makanan ke SPBU, ada juga yang tadinya mungkin saling suka dan karena bosan mereka bisa akrab satu sama lain karena mendapatkan kenalan baru, atau juga ada yang jadian di antrian SPBU.

Saat Pastor sedang berkhotbah, saya bertanya pada ibu saya yang saat itu duduk di sebelah saya, “Bu, kira-kira tempat nembak yang keren di mana ya?”

“Bulikmu itu dulu ditembak di bandara.”

Sudah biasa mah kalau di bandara, batinku. Dan akhirnya dari cerita Pastor itulah yang membuat saya terinspirasi untuk membuat cerita ini.

Gelak tawa dari para tamu undangan pun memecah keheningan terutama salah seorang MC yang mengatakan, “Besok-besok kalau main di SPBU aja. Hahaha….”

Setelah acara sharing proses kreatif selesai, acara dilanjutkan untuk pembagian door prize.

Acara selesai kurang lebih pukul dua siang. Jujur! Waktu itu saya masih ada kelas dari pukul dua sampai pukul empat sore. Ada rencana untuk skip pada saat itu, tapi sayangnya bapak dosen tidak mengajar dan digantikan oleh kakak angkatan yang praktek micro teaching. Akhirnya saya dan ketiga teman saya datang setengah jam kemudian pada pukul setengah tiga. Siapkan mental untuk diomeli, batin kami. Ternyata tidak! Bapak dosen sangat baik dan mengizinkan kami untuk mengikuti pembelajaran sampai pukul empat.


Sungguh pengalaman baru bagi saya dan bergabung dengan mereka melalui proses menulis kreatif ini. saya dan teman-teman yang lain memang belum menjadi penulis terkenal dan handal, tapi melalui pengalaman baru ini saya dan teman-teman menjadi tahu bagaimana caranya mengeksplor pikiran dan imajinasi melalui sebuah tulisan. Satu hal yang menarik bagi saya dari kata-kata coach writer buku Nembak itu Seruu!!: “Semua orang bisa menulis.”




31 Juli 2015
Maria Ardianti Kurnia Sari

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

If We Hold On Together