Menantang Jati Diri Menjadi Lebih Aktif
“Play Performance” adalah
salah satu mata kuliah wajib Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di
Universitas Sanata Dharma. Pada semester ini, kelas play performance
menampilkan enam drama satu babak dengan mengambil tema “LOL”. Banyak orang
akan mengartikan LOL sebagai Laugh out Loud tetpi di dalam play performance ini
LOL adalah Laugh over Love tau dengan kata lain “menertawakan cinta”. Keenam
drama satu babak tersebut adalah The Angel Intrudes, Sweet and Twenty, dan King
Arthur’s Socks karya Floyd Dell, He Said She Said karya Alice Gerstenberg, His
Return karya Percival Wilde, dan Her Tongue karya Henry Arthur Jones yang
ditampilkan pada tanggal 28 November 2015 di Auditorium IFI-LIP Sagan
Yogyakarta.
Pada
saat pertemuan pertama, saya merasa kalau play performance merupakan mata
kuliah yang ringan untuk dipelajari. Namun justru malah menjadi mata kuliah
yang cukup menegangkan. Kedua dosen yang mengajar pada mata kuliah ini
mengambil sebuah kata untuk menggambarkan kelas play performance, CHALLENGING.
Saat itu saya bertanya-tanya apa sajakah tantangan yang diberikan pada mata
kuliah ini? Di kelas ini saya menemukan satu jawaban untuk pertanyaan tersebut,
yakni tantangan untuk menantang jati diri menjadi lebih aktif.
Jati diri adalah tantangan
bagi setiapsiswa karena harus bisa mengenal siapakah diri mereka endiri. Di
sini saya merupakan salah satu anggota tim produksi. Tentu pembagian waktu
untuk tim produksi dan kelompok kecil harus seimbang. Ada kalanya saya memang
benar-benar sibuk untuk tim produksi tanpa harus melupakan kelompok saya. Tidak
hanya mengenal jati diri sendiri, setiap orang juga memiliki jati diri
masing-masing hingga kadangkala ada juga konflik kecil terjadi di dalam tim dan
kelompok.
Pada awal saya bekerja sebagai
tim produksi, saya tidak mendapat bayangan sedikitpun sebagai siapa saya ini.
Pada akhirnya saya dan seorang teman terpilih untuk menjadi koordinator usaha
dana. Banyak yang mengatakan kalau menjadi tim usaha dana itu sulit. Hal
tersebut memang benar adanya. Harus pintar-pintar membagi waktu untuk ini dan
itu terutama dalam pencarian sponsorship. Saya bukanlah orang
yang pintar bicara, tetapi di
sini saya kembali teringat oleh kata-kata dosen bahwa
kalian harus berani menantang diri sendiri,
hal tersebut yang juga saya peroleh dari sebuah film
yang pernah saya tonton.
Menjadi salah satu tim produksi memang harus berada
di depan sebagai tim penyelenggara kegiatan, siap untuk disalahkan bila memang ada
yang harus disalahkan,
dan juga siap untuk bertanggung jawab untuk kelancaran acara
play performance ini.
Awalnya memang terasa berat karenater kadang saya dan teman saya merasa bahwa
kami bekerja sendiri untuk kegiatan ini.
Terkadang sikap egois memang diperlukan untuk menggerakkan banyak
orang meskipun banyak juga yang tidak suka dengan
kami.
Salah satu hal penggalangan dana adalah“ngamen”. Di
sini saya dan teman-teman yang lain bukan “ngamen” seperti yang
dilakukan kebanyakan orang melainkan kami bernyanyi di
depan Gereja Ganjuran seusai mengadakan Misa Malam Jumat Pertama di bulan November ini.
Tidak hanya kami, banyak juga anak muda lain yang menyanyikan lagu rohani untuk melakukan kegiatan
yang sama.
Dengan berbekal gitar dan kazon, lagu-lagu rohani mulai berkumandang dan uang
yang dihasilkan pun lumayan untuk membayar kerja keras saya dan teman-teman.
Maria Ardianti Kurnia Sari
6 November 2015
(diterbitkan oleh Harian Bernas 13 November
2015)