Untuk: Vina Kanasya

Terima kasih sudah membawakan aliran unik dalam cerita-ceritaku.....




Punya adik kelas atau adik angkatan, berarti kita sendiri sudah menjadi seorang senior. Tetapi, kalau punya adik kelas yang klop mungkin sangat jarang, karena seorang kakak kelas tersebut biasa dikatakan kakak kelas “hits” yang kenal dengan adik-adik kelas atau angkatan yang jauh di bawahnya.

Aku sendiri punya adik angkatan di SMA, tetapi jarak kami terlampau jauh empat tahun. Ketika aku sudah lulus SMA, ia baru masuk menjadi siswi kelas X. Aku adalah alumni SMA swasta khusus putri di Kota Yogyakarta. Lantas, bagaimanakah kami bisa saling mengenal?

Aku mengenalnya pertama kali sewaktu ajang perlombaan English Action Days (EAD) 2015: Run with Your Roots. Ketika itu ia mengikuti kompetisi menulis. Aku hanya mengetahui bahwa ia berasal dari SMAku yang dahulu. Ia bernama Vina Kanasya. Awal kami berjumpa, ia sudah bercerita banyak dan hal itu yang membuatku rindu dengan sekolah lamaku. Salah satu ceritanya ialah ia bercerita tentang mamanya yang juga berperan penting di program studiku.

“Mamaku dosen di sini lho kak,” begitu katanya.

“Oh ya?”

“Iya. Beliau baru pulang S3 di Amerika bulan September ini.”

Namun, acara EAD tidak berlangsung lama. Ia tidak hadir di hari kedua. Sangat disayangkan ketika kami tidak saling kontak lagi. Pada akhirnya, teman sekelasku akrab dengannya, dan ia bilang kalau Vina adalah seorang penulis. Hingga suatu hari aku iseng membuka blog miliknya, dan benar, ia sudah menulis banyak cerita pendek.

Setelah EAD, kami dipertemukan kembali. Ketika itu ia datang untuk menonton Play Performance 2015: Laugh over Love di IFI-LIP Sagan. Hanya saling senyum karena saling ingat dan ia tidak datang seorang diri, ia datang bersama dengan sang mama yang kebetulan memang seorang dosen di program studiku. 

Keakraban kami pun pernah membuat seseorang cemburu, kenapa Vina lebih dekat denganku. Kalau dipikir-pikir, aku akrab dengan Vina karena aku memang alumni dari sekolahnya, yang tak mungkin tidak kenal antara alumni dan adik angkatan mereka.

****

Keakraban terus berlanjut ketika masing-masing saling tahu kalau kami memiliki hobi yang sama, menulis. Saling bertukar ide, cerita, dan pengalaman. Mungkin hampir setiap hari aku dan Vina saling bertukar cerita, entah itu ceritaku di kampus atau ceritanya di sekolah. Ia adalah seorang Vina yang lain dari yang lain. Punya potensi diri yang bagus. Darinya, aku banyak belajar untuk terus menciptakan cerita-cerita baru yang unik tapi sederhana dan  mudah dipahami.

Ketika itu Vina bercerita, kalau ia mengikuti kompetisi jurnalis untuk DBL Jogjakarta Series 2016. Dan itu keren! Banyak cerita karyanya yang begitu unik ketika dibaca serta gaya bercerita yang natural.

“Aku pengen masukin cerita si kembar Jo-Je ke tulisan terakhirku yang nantinya akan aku kumpulkan untuk dijurikan,” itu katanya waktu itu. “Kak Sari tolong baca ya, ada yang kurang apa enggak.”

Aku dengan senang hati membantunya untuk proses penyuntingan itu. Disitulah aku juga merasa tertantang untuk bisa memilihkan kerangka cerita yang pas untuk ceritanya. Saat itu, perasaanku mengatakan kalau tulisan-tulisan Vina ini pantas mendapatkan penghargaan setidaknya juara harapan 1. Dan ternyata ketika hari-H pengumuman, ia berhasil mendapatkan gelar sebagai BEST WRITER. Suatu pencapaian yang luar biasa untuk seorang penulis. Selamat! 

Keakraban masih berlanjut. Pernah waktu itu, dua hari dia pergi retret. Di mana harus bermeditasi tanpa menggunakan alat komunikasi elektronik. Ada hal yang sedikit sepi ketika biasanya saling bertukar cerita, namun dua hari itu tidak ada pesan atau cerita darinya. Begitu sebaliknya, selama empat hari kemarin aku jatuh sakit. Rasanya malas sekali untuk mengambil ponsel dan berinteraksi dengan teman-teman. Ingin rasanya untuk tidur dan menjauh dari dunia maya. Sampai-sampai, Vina ketika itu menyapa,

“Udah sembuh kak? Get well really soon yaa. Aku kangen pengen ngobrol dan cepet nulis lagi ya kak.”

Wah, ada yang kangen, batinku. Mungkin saat itu aku memang sedang lelah. Ingin rasanya untuk rehat sejenak dari aktivitas-aktivitas rutin ini. Namun, ada banyak juga ternyata yang membutuhkanku. Entah untuk menanti cerita-ceritaku, atau membantu penyuntingan cerita-ceritanya. Ia adalah teman berbagi yang istimewa. Tidak hanya melalui tulisan, tetapi juga buku-buku rekomendasi untuk dibaca. Terima kasih ya sudah menjadi teman berbagi yang selama ini aku cari dan benar-benar baru menemukannya sekarang.

Ada satu pesan untukmu yang tahun depan akan memasuki dunia perkuliahan yang ganas, tidak adil, dan “rimba”:

Perjuanganmu belum selesai di sini Vina. Kamu sering mendengar cerita-ceritaku tentang dunia kuliah, itulah tantangan yang sebenarnya dimulai karena keganasan “hutan belantara” akan kamu temukan ketika kamu duduk dibangku kuliah. Nikmatilah suasana di mana bangku SMA memang benar-benar lebih asyik. Jangan lupa menulis juga, mungkin itu akan membuat dirimu lega ketika kamu sedang ingin menjauhkan diri dari dunia maya yang terkadang tidak adil.

Satu kalimat ini yang selalu membuatku kuat untuk menghadapi tantangan itu, semoga juga bisa menular dan meresap dihatimu,

“Berjuanglah bukan karena engkau merindukan garis finish, tetapi karena engkau memang mencintai terjalnya lika-liku perjalanan,” Fr. Raymondus Braja Restu, SJ.
 

 *Foto: Dokumentasi Pribadi 

Maria Ardianti Kurnia Sari
Yogyakarta, 25 September 2016
20:23 WIB

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

Doa Harian Ibu Teresa