Belajar Bersyukur Lewat Insecurity, Emang Bisa?




Semua orang punya hak bahkan kewajiban untuk punya rasa percaya diri. Gimana kalau enggak punya? Orang itu enggak akan bisa hidup di dunia. Hal nomor satu tentang rasa percaya diri adalah berani hidup di dunia kemudian selanjutnya bagaimana mereka melanjutkan hidup untuk bersosialisasi dengan lingkungan tempat tinggal mereka dan mendapatkan rasa aman dari lingkungan tersebut. Kadang, ada juga masalah ketika orang-orang banyak yang bilang kalau mereka sedang hidup di dalam kegelisahan atau biasa disebut living in an insecurity


Awalnya sempat mikir, apa sih insecurity? Dan dalam hal apa insecurity terbesar dalam diriku? Menurut Cambridge Advanced Learner’s Dictionary, insecurity (n) memiliki arti not safe atau dengan kata lain rasa tidak aman atau kegelisahan sedangkan insecure (adj) berarti people who have little confidence and are uncertain about their own abilities and about whether other people really like them. Lalu aku mulai berpikir dan banyak juga bahkan aku sampai bertanya ke beberapa teman terdekatku. Jawaban mereka hampir semua sama, yakni kurang percaya diri dalam hal non-fisik, bisa jadi itu berkaitan dengan hal yang berbau dengan akademik. Okelah! Sama denganku.

Di zaman sekarang ini, ada banyak hal yang bisa mempengaruhi insecurity setiap individu, contohnya beberapa saat lalu sempat booming tentang body shamming (yang berkaitan dengan fisik). Ada yang kadang bilang kok kamu kurus banget si? Kok kamu gendut? Kok kulit kamu iteman? Bahkan aku sendiripun kadang juga berpikir begitu ke orang lain tapi enggak yang terus disebarluaskan melalui media, hanya di batin aja karena body shamming sendiri emang mempengaruhi krisis kepercayaan diri atau mempengaruhi tingkat kegelisahan orang lain bahkan diri sendiri dan secara enggak sadar juga itu termasuk oral bullying (menurut majalah Bobo yang pernah aku baca, lupa edisi berapa hehehe). 

Dan kembali ke awal. Kalau ada sebuah pertanyaan, “Apa sih yang bikin kamu merasa insecure atau kurang percaya diri?” atau “Apa sih kegelisahan terbesar dalam hidupmu?” Jawaban pertama lebih ke urusan akademik. Kenapa? Persaingan di zaman sekarang bukan perkara bentuk tubuh, tapi bidang akademik. Katanya kalau seorang ibu akan mewarisi sekitar 80% kecerdasannya untuk anak mereka, sedangkan untuk bagian fisik akan lebih cenderung didapatkan dari ayahnya. Nah karena penelitian itu, aku sempat berpikir apakah aku cukup pintar di bidang akademik? Sejauh ini sih aman-aman aja, hanya mungkin krisis kurang rasa percaya diri yang menghalangi. 

Di sisi lain kegelisahanku juga ketika aku dihadapkan pada suatu hal di mana apakah aku bisa melewati hal itu. Misalnya aja ketika aku kuliah S1. Kuliah di sebuah jurusan yang lumayan disegani karena jurusan ini katanya adalah jurusan favorit. Merasa di tengah-tengah orang yang “mungkin” udah fasih bicara bahasa Inggris, tahu seluk-beluk bahasa Inggris, apakah aku bisa lulus dari jurusan ini? Hal ini juga aku pertanyakan di masa sekarang ini ketika sedang menempuh S2. Bersaing dengan teman-teman dari univeritas lain yang lebih pintar, pengetahuan mereka lebih banyak tentang Sastra dan aku pernah cerita hal ini di tulisanku sebelumnya From FKIP to FIB #2: “Love can bring you everywhere.”

Jawaban kedua ialah bisa dibilang aku belum mencintai diri sendiri. Katanya kalau kita udah mencintai diri sendiri, itu menjadi definisi dari “bahagia”. Aku kadang masih sering membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain, misalnya wah dia lebih pinter ya; wah dia kok bisa punya kemampuan itu gimana caranya ya? Lebih kurang merasa bersyukur? Bisa dikatakan begitu. Mencoba bersyukur untuk menerima aneka karunia yang Dia berikan, mungkin juga karena aku bisa memasak, mungkin ada juga orang lain yang berpikiran, “kok dia bisa masak makanan itu, kok aku enggak?” Menurutku dua gangguan itu yang kadang masih menghantui pikiranku. Bagaimana cara menyelesaikannya? Aku sampai detik ini pun masih mencari caranya. Tapi bukankah kalau kita hanya memikirkan masalah “insecurity” hanya membuang-buang waktu yang kita punya? Kita jadi lupa bersyukur padahal udah dikasih A, B, C, dst…

Okelah! Dari apa-apa aja yang aku alami, dua hal itulah yang masih menggangguku. Kadang insecurity emang harus ada karena disitulah kita bisa belajar bersyukur karena hidup kita juga enggak diciptakan sesempurna itu, kan? Insecurity adalah perihal intuisi yang kadang bisa benar ataupun bisa salah. Tapi buat apa juga menghabiskan waktu untuk mikirin hal-hal yang bisa aja belum ketemu jawabannya karena semua itu selalu lewat proses dan tergantung pada setiap individu bagaimana cara mereka untuk menyikapinya.




Yogyakarta, 20 Januari 2019
Maria Ardianti Kurnia Sari
20:50 WIB

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

If We Hold On Together