Inilah Pengalamanku Pertama Kalinya

Live in...

Hmmm.. kira-kira apa yang kalian pikirkan tentang kata di atas??

Mungkin tinggal bersama orang lain seperti acara televisi swasta Jika Aku Menjadi.

Kegiatan tersebut memang sedikit menyerupai kegiatan Jika Aku Menjadi. Sejenak aku juga berpikir begitu. Tinggal ditengah lingkungan masyarakat desa di daerah pelosok. Kegiatan itu memang terjadi ditahun sebelumnya seperti tahun lalu setelah erupsi Gunung Merapi. Kakak kelas harus live in dengan membantu mereka yang terkena bencana alam tersebut.

Untung saja di tahun ini aku tidak mengalami kejadian tersebut. Di tahun ini kegiatan live in itu tersebar di beberapa yayasan dan tidak tinggal di daerah pedalaman ataupun pelosok yang jauh dari kota.

Kegiatan yang tahun ini diadakan di beberapa Panti Asuhan dan Panti Jompo. Beberapa teman juga sempat shock jika mereka harus melayani keseharian orang-orang tua selama 4 hari.
Kegiatan ini diadakan karena untuk menguji mental kami sebagai anak sekolah yang mungkin sangat beruntung daripada mereka yang harus kami layani. Dalam satu kelompok dibagi atas 10 anak. Tak terkecuali kelompokku. Dalam kegiatan live in ini aku dan teman-teman satu kelompok mendapatkan tempat di sebuah panti asuhan di daerah Bantul.
Nama dari panti asuhan itu ialah Bina Putra.

Awal kedatangan kami di sana tidaklah disambut dengan acara meriah karena kesederhanaan yang harus kami jaga selama di sana. Awalnya juga memang kami merasa apakah kami sanggup menjalani kegiatan live in ini selama 4 hari?? pertanyaan itu yang terus terbayangkan di dalam benak kami semua.

Selain itu kami juga harus mengikuti kegiatan yang ada di sana, kegiatan di mana kami juga harus ikut ke sawah, mengerjakan tugas piket dan juga mengikuti renungan malam setiap pukul 18.30.
Di hari pertama terasa begitu sulit untuk melakukan interaksi ataupun sosialisasi. Karena kami memang belum tahu trik apa yang harus kami terapkan untuk bisa mengenal mereka lebih jauh. 

Di hari kedua pembimbing kami datang untuk memberikan evaluasi. Satu persatu dari kami bersepuluh mengeluarkan pendapat kami selama 2 hari melakukan kegiatan live in di sana. Dari pendapat yang sudah tersampaikan dapat disimpulkan bahwa "Kami bingung bagaimana cara kami untuk bersosialisasi dengan warga panti."
Pembimbing pun memberikan saran dan beliau juga membelikan sebuah kue panganan khas Purworejo yakni Kue Lompong. Penampilannya memang tidak menarik namun cara dan usaha kami yang harus bisa menarik mereka.

Akhirnya usaha kami untuk mendekati mereka semakin mudah apalagi kami juga harus satu kamar dengan warga panti tersebut dan kami juga saling mengobrol dengan mereka jika kami akan pergi tidur. 

Di hari ketiga perasaan kami begitu lega karena esok harinya kami pulang. Siang hari kegiata yang kami lakukan yakni pergi ke sawah. Senang rasanya bisa memetik terong, tomat, kangkung secara langsung.
Malam harinya adalah malam terakhir di mana kami mengadakan kegiatan makrab bersama. kami memberikan secarik kertas yang berisi tentang kesan dan pesan mereka untuk kami selama kami melakukan kegiatan live in di sana.

Malam terakhir juga malam di mana kami semua menangis. bayangkan saja jika anak panti asuhan yang jauh dari orang tua harus menyanyikan lagu "Balada Anak Panti"
Teman-teman termasuk aku juga ikut meneteskan air mata membayangkan kehidupan mereka yang jauh dari orang tua. sedangkan kami bersepuluh apa-apa masih minta pada orang tua yang tinggal begitu dekat.

Hari Selasa, merupakan hari terakhir kegiatan tersebut. tepat pukul 13.00 pembimbing kami datang untuk mejemput. Rasa sedih begitu menyayat hati kami. Seolah semuanya itu akan menjadi sebuah kenangan yang terindah. 
Kenangan di mana kami harus ikut dalam kesederhanaan dan perjuangan mereka dalam menghadapi hidup yang begitu keras ini.
Kesederhanaan di mana mereka harus membawa nama baik untuk dapat bersekolah sedangkan kami mungkin ada yang merasa bosan dengan kehidupan di sekolah, selalu mengeluh denga keadaan yang kami hadapi. Namun tidak bagi mereka.

Mata mereka yang sayu karena mungkin setiap malam menangis karena merindukan orang tua. Itu semua kini telah menjadi barang berharga bagi kami karena dengan itu kami berjanji untuk selalu membanggakan orang yang sudah berjuang untuk menyekolahkan kami dengan usaha jerih payah mereka selama ini.

Terima kasih untuk sahabat dan teman-teman baruku. Aku tidak akan melupakan perjuangan kalian....


Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

If We Hold On Together