Menjadi Pribadi yang Dewasa, Cerdas, dan Peduli
Kuliah Kerja Nyata atau sering
disingkat KKN merupakan mata kuliah wajib yang merupakan sebuah tantangan bagi
para mahasiswa Universitas Sanata Dharma untuk hidup dan mengabdi pada
masyarakat. Pada KKN angkatan 51 ini, diikuti oleh kurang lebih 500 mahasiswa
dan terdiri dari 50 kelompok. Kegiatan KKN ini diselenggarakan pada tanggal 5
Januari 2016 sampai 5 Februari 2016. Dari tahun 2012 sampai 2017 ini, KKN
Universitas Sanata Dharma memilih tempat di Desa Tegalrejo dan Watugajah yang
masih bagian dari Kabupaten Gunungkidul dan berbatasan dengan Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah. Kuliah kerja nyata angkatan 51 mengambil tema “Dewasa, Cerdas, dan
Peduli”. Ketiga kata tersebut memang menantang saya dan teman-teman untuk
bersikap dewasa dan mandiri; pertama, jauh dari orang tua karena beberapa
memang masih tinggal dengan orang tua mereka, kedua, memahami pola pikir
masyarakat di desa yang memang 180 derajat berbeda dengan masyarakat yang
tinggal di kota, ketiga peduli pada kehidupan sekitar yang masih begitu
tradisional dan kental dengan tutur kata berbahasa Jawa.
Saya sendiri saat ini masih duduk
di semester 5, biasanya kuliah kerja nyata diambil oleh mahasiswa di semester
7. Namun hal tersebut berbeda dengan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Sanata Dharma yang bisa mengambil kuliah kerja nyata di semester 5
atau sudah menempuh 110 SKS. Awalnya memang sulit untuk mengakui bahwa saya
sudah mengikuti KKN. Hal ini saya pilih karena pada awalnya saya ingin semua
cepat selesai, merasakan bagaimana rasanya bekerja, dan mengabdi di tengah
masyarakat.
Di kelompok 46 ini, kelompok saya
memiliki sembilan program; satu program utama dan delapan program sampingan.
Program utamanya adalah budidaya kambing karena mayoritas penduduk di desa
Watugajah ini memang beternak kambing. Selain itu, dari delapan program
sampingan, saya tertarik pada salah satu program, yaitu membantu mengajar PAUD
dan TK. Di RT 01 pedukuhan Jelok, Watugajah, Gedangsari, Gunungkidul ini hanya
terdapat satu PAUD, PAUD Melati dan satu Taman Kanak-Kanak, TK Aisyiyah
Bustanul Afthal.
Mengajar PAUD dan TK adalah
pengalaman pertama saya dan ketiga teman saya. Di kelompok 46 sendiri yang
terdiri dari sebelas mahasiswa, mayoritas memang berlatar belakang dari
fakultas keguruan dan ilmu kependidikan, tetapi kami bukanlah dari pendidikan
guru sekolah dasar ataupun pendidikan guru untuk PAUD. Terkadang teman-teman
sering membanding-bandingkan antara mengajar PAUD dan TK. Mengapa? Karena
beberapa dari murid TK banyak yang sulit untuk diatur. Ada yang berlarian
kesana kemari, menangis, membuat kegaduhan, terkadang juga ada yang mengganggu
guru-guru mereka ketika sedang mengajar, tidak memperhatikan ketika sedang
dijelaskan materi pembelajaran. Di sini, saya dan ketiga teman memang sengaja
untuk memperkenalkan materi yang sedikit berbeda karena kami membuat konsep
bermain sambil belajar melalui kelompok kecil dari kelas tersebut. Sedangkan menurut saya, mengajar PAUD masih tergolong mudah karena sebagian
besar kegiatan yang dilakukan di kelas adalah bermain dan belum banyak murid
PAUD yang belum berani untuk berekspresi, sedangkan saya dan ketiga teman harus
mengajar tujuh belas murid TK.
Di dalam proses belajar dan
mengajar murid taman kanak-kanak ini, saya dan teman-teman harus bisa berjuang
keras dan memiliki sikap sabar supaya mereka juga mau memahami materi dan
orang-orang baru di sekitar mereka. Memang pada awalnya sulit untuk bisa
menyesuaikan diri dengan mereka, menarik perhatian mereka dengan cara belajar melalui
kelompok kecil dan mendekati mereka secara pribadi. Pendidikan di desa Jelok
ini memang sangat berbeda dengan pendidikan di kota. Pertama, keunikan itu
sendiri terjadi ketika guru menjelaskan, terkadang mereka juga harus
menggunakan bahasa Jawa, kedua, tingkat kesadaran orang tua juga masih kurang
untuk menyekolahkan anaknya.
Watugajah, 20 Januari 2016
(edisi Koran Harian Bernas 22 Januari 2016)
Maria
Ardianti Kurnia Sari
Mahasiswi
Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas
Sanata Dharma