Ganjuran Syahdu di Malam Hari



 
Sore tadi aku diajak oleh para sepupu untuk ikut bersama mereka menikmati malam minggu, namun aku memilih untuk pergi ke gereja.

Malam ini masih libur lebaran. Aku pergi ke Gereja Ganjuran malam ini. MenghadapNya selama dua jam, aku ingin mencari ketenangan, batinku. Sendiri, di malam minggu ini. Tidak apa-apa, Ia menemani.

Melangkahkan kaki di sana. Ini mungkin kali pertama misa sore sendiri di sana. Sebelum masuk ke gerbang gereja, aku sempat mampir ke salah satu toko di sana. Membeli satu kotak lilin. Aku ingin mendoakan mereka.

Misa dimulai pukul enam petang, berbahasa Indonesia karena Misa sebelumnya berbahasa Jawa. Ada banyak jemaat yang turut serta dalam Ekaristi kudus malam ini. Mungkin sebagian besar dari mereka sedang mudik ke kampung halaman.

Satu setengah jam, Misa selesai pukul setengah delapan malam. Aku melangkahkan kaki menuju Candi Tyas Dalem Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Ada beberapa peziarah di sana. Hanyut dalam doa masing-masing. Lampu-lampu dan lilin-lilin menyala menerangi gelapnya malam. Ganjuran syahdu di malam hari, kataku. Aku mulai menyalakan delapan lilin itu, untuk mereka yang menitipkan doa melalui lilin-lilin ini. Untuk sahabatku, untuk orang tuaku, untuk orang-orang yang aku sayangi, kataku di dalam doa malam ini.

Ganjuran syahdu di malam hari, menemani di libur lebaran ini. Memaknai makna lebaran yang juga aku rayakan di tengah keluargaku. Ganjuran yang syahdu sudah menemani kesendirian di malam ini. Begitu sempurna, kataku lagi. Mendekatkan diri padaNya, bersyukur dan berdoa di tengah Ganjuran yang syahdu di malam hari.

Photo by: Maria Ardianti Kurnia Sari


Maria Ardianti Kurnia Sari
Yogyakarta, 9 Juli 2016
20:30 WIB

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

If We Hold On Together