Holiday. Why did I choose Bali? #1
Bali. Who does not know this one of beautiful islands in Indonesia? A lot of people around the world know where Bali is. Sometimes people from other countries do not know that Bali is located in Indonesia, then they will ask, “Indonesia? Where is it? Is it in Bali?”
I spent my holidays in Bali from 28 December 2017 to 4 January 2018. Did I spend my holidays in a week or in a year? Hahaha… until my second day in Bali, I knew the meaning of the word ‘Bali’. “‘Bali’ comes from the word “kembali” which means you will come back again to Bali,” said Mr. Dewa, our friendly tour guide.
***
Yak… cukup pengantarnya dengan bahasa Inggris. Hahaha… seperti pada tulisanku yang sebelumnya di Pencapaianku di Tahun 2017, di cerita kali ini, aku akan menceritakan lebih detail mengapa aku memilih Bali sebagai tempat berliburku.
Bali, surga kecil yang terletak di bagian tengah Indonesia. Aku pernah mengatakan ke beberapa teman, “Aku ingin menjelajahi Indonesia bagian tengah.” Tapi lucunya beberapa dari mereka mengatakan, “Jawa Tengah ya?” Hihihi… Yang aku maksud dengan Indonesia bagian tengah adalah Bali dan sekitarnya. Di cerita sebelumnya, aku menceritakan bahwa kali ini adalah kedua kalinya aku ke Bali sejak sembilan tahun lalu study tour SMP.
Mengapa Bali? Ada alasan tersendiri di sini. Pertama, karena sebenarnya aku punya saudara yang tinggal di sana, kedua, aku ingin mengeksplor Bali, ketiga, karena aku ingin saja berlibur bersama salah satu teman sekelasku yang sering kali pulang ke Bali, dan keempat, bisa dikatakan ini adalah reward kecil untuk melepas penat setelah aku lulus ujian skripsi. Pada awalnya aku mengatakan ingin ke Bali setelah pendadaran, namun hal itu bisa dikatakan sedikit pupus karena aku pendadaran di bulan Oktober, sedangkan temanku akan ke Bali pada bulan Desember, dan pada bulan Desember, aku merayakan hari raya Natal; maka disitulah aku mengatakan mungkin belum jodoh untuk bisa pergi kesana.
Setelah aku menyelesaikan revisian skripsiku, ada seorang teman yang menghubungiku, “Sar, ayo main. Ke Malang yok!” Spontan saja aku mau, dan aku mengabarkan satu temanku lagi. Hanya saja aku sedikit berpikir nanti kalau ke Malang mau tinggal di mana, kemana saja? Lantas aku segera memberikan pilihan tempat untuk berlibur, yakni Bali. Untung saja dua orang temanku ini setuju dengan usulku. Segeralah aku dan dua temanku mencari informasi tiket kereta api Jogja-Banyuwangi. Bayangkan saja 13 jam perjalanan, belum lagi nanti harus menyeberang dengan kapal feri dan harus mencari bus dari Gilimanuk ke Terminal Ubung yang menempuh perjalanan kurang lebih empat jam. Dini hari pukul tiga pagi mungkin kami akan sampai di Bali. Karena ketidaknyamanan itulah, aku dan dua orang temanku langsung membeli tiket pesawat pada pertengahan bulan November.
Hingga angka di kalender menunjukkan akhir bulan November, ada berita bahwa Gunung Agung erupsi cukup parah. Di sela-sela kabar erupsi Gunung Agung yang masih sering batuk, maka ada sedikit rasa, “Ah bakal jadi ndak ini ke sana?” Satu temanku juga sempat panik karena kabar Gunung Agung yang masih sering erupsi sampai hujan abu yang mengganggu aktivitas di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, padahal kami bertiga sudah membeli tiket pesawat. Oh iya, ini kali pertamaku naik pesawat. Kampung ya, baru pertama kali… Hahahaha! Sampai-sampai beberapa kali aku menanyakan kabar bagaimana keadaan di Bali pada temanku yang saat itu sudah pulang ke rumah eyangnya di sana. Dia mengatakan kalau erupsi Gunung Agung tidak se-alay Gunung Merapi yang abunya sampai luber-luber dan turah-turah… Hahaha… Akhirnya aku dan dua temanku saling memberi kabar tentang Gunung Agung, semoga saja tidak batuk parah.
Menghitung mundur sambil berdoa semoga direstui untuk pergi ke sana. Dan pada akhirnya hari raya Natal, H-3 aku pergi ke Bali. Selain itu, mungkin ini akan menjadi pengalaman pertamaku menyambut tahun baru tidak di tanah kelahiran, di Jogja. Okelah satu jam lebih maju dan akhirnya tanggal 28 Desember 2017. Aku dan dua orang temanku mengambil penerbangan malam pukul 20.50 WIB dan akan sampai di Bali pukul 23.00 WITA, itupun kalau tidak delay. Setelah masuk ke pesawat, sempat ada pengumuman akan delay 40 menit dari jadwal. Gelap di luar jendela. Hingga akhirnya tahu-tahu sudah satu jam mengudara dan sampailah kami di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, disambut rintik gerimis yang membasahi surga cantik di Indonesia bagian tengah ini.
BERSAMBUNG di cerita berikutnya Holiday. Why did I choose Bali? #2 soon...
Matur Suksma
Bali, 2 Januari 2017
Maria Ardianti Kurnia Sari