Holiday. Why did I choose Bali? #2



Om Swastyastu…

#WARNING! This writing consists of 3359 words. If you do not mind to read all of the contents, you should read from the beginning to the end of the paragraph. Thank you and enjoy! :))

***

Kata apa yang muncul di pikiran kalian ketika mendengar kata holiday? According to Cambridge Advanced Learner’s Dictionary, “holiday is a time, often one or two weeks, when someone does not go to work or school but is free to do what they want, such as travel or relax.”

Seperti yang sudah aku janjikan pada cerita sebelumnya di Holiday. Why did I choose Bali? #1, dibagian kedua ini, aku ingin fokus menceritakan kemana saja aku pergi selama berlibur di sana. Inilah tempat-tempat yang aku kunjungi selama di Bali: Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Pantai Jimbaran, Galeria Mall Bali, Tari Kecak Uluwatu, Desa Panglipuran, Kintamani with Mount Batur view, Segara Windhu, Tirta Empul Tampaksiring, Tegallalang Rice Terraces Ubud, Denpasar Festival, Lapangan Puputan, dan Catur Muka, Beachwalk Kuta, Pantai Kuta dan Seminyak, Pasar Seni Kumbasari, Erlangga 2, dan Tiara Dewata, Tol Bali Mandara, dan kembali lagi ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. So, without further a do, I will begin to explain you my great experiences in Bali

Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Ketika menginjakkan kaki di Bali, tempat pertama yang aku kunjungi adalah bandara yang paling terkenal di Pulau Dewata Bali. Di cerita sebelumnya, aku menuliskan kalau aku dan teman-temanku mengambil penerbangan malam yakni pukul 20.50 WIB dan sampai di Bali pukul 23.00 WITA, itupun kalau tidak delay. Namun, pada saat itu, pesawat kami delay sekitar 40 menit hingga akhirnya terdengar suara pilot yang mengatakan the weather is clear, maka kami bisa lepas landas. 

Sesampainya di bandara ini, kami disambut oleh rintik gerimis pada malam itu. Ternyata jam di bandara sudah menunjukkan pukul 00.00 WITA. Setelah mengambil bagasi, kami segera saja mencari taksi bandara untuk menuju ke penginapan di daerah Jimbaran. Jarak dari bandara menuju penginapan kurang lebih lima kilometer. Lumayan juga ya dan jika sesuai dengan peta pada Google Maps, lokasi penginapan ini terletak di area Universitas Udayana Jimbaran. (FYI, Universitas Udayana terletak di dua lokasi, yakni di Jimbaran dan Denpasar.). Dikarenakan sampai penginapan sekitar pukul 01.00 WITA, maka kami memutuskan untuk segera beristirahat dan melanjutkan eksplorasi di keesokan harinya. BALI, I AM READY TO EXPLORE YOU!!!!



Pantai Jimbaran. Hari kedua di Bali, aku dan teman-teman memutuskan untuk pergi ke Pantai Jimbaran. Lokasinya lumayan dekat. Kami menuju ke Pantai Jimbaran menggunakan Grab car (FYI, please compare your Grab app and Go-jek. Usually, Go-jek is cheaper than Grab. But, I do not know why maybe because Grab cars are rare there. Both Grab and Go-car in Bali are the same. There are no differences with their cars. The difference is only in their price.). 

Kami sampai di Pantai Jimbaran sekitar puku 12.00 WITA. Fanas oy! Iyalah mabok kita ke pantai siang-siang hahahah… tapi…. sepiiiiiii…. Kata bapak sopir Grab-nya kalau dari gerbang masuk ke arah kanan adalah area bule. Tapi sayangnya kami tidak ke sana… Hahaha… dari Pantai Jimbaran ini, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai terlihat begitu jelas, banyak pesawat yang parkir. Mungkin kalau bosan, duduk saja di sana sembari menyaksikan pesawat yang take off dan landing, pasti seru deh! :D :D

Kami tidak begitu tahu pukul berapa Pantai Jimbaran ramai, maka kami memutuskan untuk keluar dari area pantai. Berjalan kaki kurang lebih 500 meter menuju jalan raya, dan memutuskan mau kemana kami? KAMI PERGI KE MALL! Apakah hanya kami yang pergi ke Bali dan jalan-jalan di mall? Lagi-lagi kami mengaktifkan applikasi Grab, dan berjumpalah kami dengan sosok bapak-bapak. Di tengah perjalanan biasanya salah satu temanku, Lintang, terlihat cerewet, tetapi kali ini dia terdiam. Bapaknya terlihat sangar katanya, first impression! Dan pada akhirnya temanku bertanya ngalor-ngidul dengan si bapak. Finally!!!!

Dari percakapan itulah kami tahun siapa nama si bapak, beliau adalah Pak Dewa yang merangkap sebagai tour guide. Tamu-tamu Pak Dewa biasanya datang dari Australia. Mungkin karena Pak Dewa tahu kami adalah mahasiswi, oleh karena itu beliau sendiri menawarkan pada kami, 

“Kalau kalian naik Grab atau Go-car di Bali mahal. Kasihan nanti kalian. Atau begini saja, besok pagi saya antar kalian keliling Bali. List saja mau kemana. (*pakai logat Bali*)” 

Uhhh!!! Ketemu orang baik ini mah! Dan percakapan berlanjut hingga Pak Dewa menjelaskan, 

“Kalian tahu apa artinya Bali?” 

Dan Pak Dewa akhirnya tahu kami anak PBI, jadi beliau menjelaskan dengan Bahasa Inggris! 

Bali, comes from the word “kembali” which means if you once came to Bali, you will come back again. Bali.”

His English is so fluent guys! You have to meet him. Sooo….. friendly man!

Galeria Mall Bali. Ke Bali jalan-jalan kemana? Mall, jawabku. Sebenarnya yang bercita-cita untuk bisa lihat mall di Bali adalah temanku, Rinda. Tetapi idenya ada benarnya, tidak salah juga kan tahu perbedaan mall di Jogja dan di Bali? Perbedaannya banyak sekali! Yang jelas mall di Bali itu wangi. Hahaha… True! Mall di sana keistimewaannya adalah ada taman di tengah-tengah mall alias area terbuka. Berkeliling sekali, dua kali, dan akhirnya kami lapar. Aku mengajak teman-temanku makan di salah satu kafetaria sembari menunggu waktu untuk melanjutkan perjalanan dari Denpasar ke Uluwatu. Sempat juga di dalam mall, kami pergi ke Hypermart untuk membeli minum. Istimewanya adalah… kalian bisa menemukan arak Bali, Brem Bali, wine, dan minuman berakohol lainnya di sana dalam jumlah banyak. Uh! And the last minute, akhirnya kami menerima tawaran Pak Dewa untuk diantar jalan-jalan. Puji Tuhan ketemu sama si bapak… Hihihi…




Tari Kecak Uluwatu. Pukul 16.00 WITA, akhirnya aku dan teman-temanku keluar dari mall. Jarak dari Galeria Mall Bali ke Uluwatu sekitar 22 kilometer. Mungkin kalau di Jogja ya dari pusat kota ke arah Wonosari. Lokasinya melewati Jimbaran dan Garuda Wisnu Kencana ke arah Jalan Uluwatu. Dalam perjalanan itulah aku tahu Universitas Udayana yang terletak di Jimbaran. Kalau tidak salah kemarin aku melewati Fakultas Peternakan, Pertanian, Perikanan, Teknik, dan juga kantor Rektorat Universitas Udayana. Dan perjalanan masih jauh, kurang lebih satu jam lamanya apalagi ditambah macet. Perjalanannya pun naik turun karena memang lokasi pementasannya di pinggir tebing dengan sunset view. Sampai di sana mungkin sekitar pukul 17.00 WITA. Kami segera membeli tiket masuk seharga Rp 20.000,- dan untuk tiket pementasan Tari Kecak dikenai biaya Rp 100.000,- untuk tiket on the spot, sedangkan tiket online dikenai biaya Rp 85.000,-.

Memasuki area pementasan, tribun-tribun sudah penuh sesak dan didominasi oleh wisatawan mancanegara. Tak perlu menunggu lama, kami segera menikmati pementasan Tari Kecak Uluwatu tepat pukul 18.00 WITA sampai pukul 18.30 WITA. Setelah selesai pementasan, sekarang saatnya aku dan teman-teman memikirkan bagaimana caranya pulang ke Jimbaran. Perlu diketahui Uluwatu terletak di perbukitan, di daerah itu tidak diperkenankan taksi online untuk mangkal kecuali diam-diam. Di sana juga terdapat transport service, hanya saja akan dikenakan biaya lebih mahal sekitar Rp 260.000,- No signal detected, mencari driver taxi online sulit ternyata, dan malam itu akan turun hujan. Mungkin sebenarnya ada dari mereka yang menjadi driver taxi online, hanya saja mereka menonaktifkan applikasi tersebut. Akhirnya mau tidak mau, kami menggunakan transport service dengan harga yang sudah disebutkan di atas. Tak masalahlah yang penting sampai penginapan dan tidur karena besok paginya kami ditambah satu teman lagi akan keliling Bali.

***

Keesokan harinya….

Pagi datang dan kami siap berkemas untuk pindah penginapan. Pak Dewa mengatakan bahwa beliau akan menjemput kami pukul 09.00 WITA. Mungkin karena macet, beliau mengirimkan pesan singkat pada Lintang,

I apologize because I am a bit late. I am sorry for the inconvenience.

Keren kan bapaknya? Hehehe…. Sip dah ndak apa-apa Pak..

Kemana kita? Menjemput Caca di KFC Jimbaran dulu….




Desa Panglipuran. Pasti tahu dong di mana letak desa ini? Sedikit mengarah ke timur Bali. Desa Panglipuran juga mendapat predikat desa terbersih di dunia peringkat ke-3. KEREN!! Aku akui desa ini memang bersih. Desa Panglipuran merupakan desa adat, katanya jika kita bisa masuk ke rumah warga, kita dapat melihat rumah adat Bali. Namun sayangnya aku tidak sempat masuk ke salah satu rumah warga. Selain terkenal dengan kebersihannya, desa ini juga sering dijadikan sebagai lokasi syuting FTV SCTV. Nice

Sampai di sana hujan sempat turun dengan deras, untung saja saat itu sedang ada Panglipuran Festival, dan berteduhlah kami di salah satu tenda. Sembari menunggu hujan, aku sempat mencicipi salah satu kue tradisional khas Bali, namanya kue lak-lak. Rasanya manis gurih yang berasal dari gula merah dan kelapa parut. Patut dicoba!

Setelah hujan reda, kami berempat menuju ke pemberhentian terakhir dengan latar belakang pura, sssstttt…. sedang ada pre-wedding di sana! Keren, pakai adat Bali mereka. Jadi pada kesimpulannya, Desa Panglipuran ini hanya berjalan lurus dan sedikit menanjak lalu sampailah di parkiran. Belum ke Bali kalau belum mampir ke sini. Recommended!


Kintamani with Mount Batur view. Perjalanan selanjutnya… Kintamani… Ada lagunya kan ya? Bukit Kintamani kalau tidak salah judulnya. Terletak di Kabupaten Bangli dan perjalanannya serasa kita mau ke Gardu Pandang Kaliurang. Mirip! Sampai di Kintamani, kabut-kabut dari Gunung Batur sedang turun sehingga Gunung Batur tidak tampak. Kami memutuskan untuk makan siang di sana, tepatnya di rumah makan Mutiara. Kata Pak Dewa, rumah makan ini termasuk murah, cukup membayar Rp 60.000,- and all you can eat the buffet. Murah bukan? Sedikit tambahan biaya, entah berapa rupiah jika ingin makan di luar bonus pemandangan langsung Gunung Batur. Lagi-lagi gunungnya tidak tampak karena kabut tebal tetapi sejuk rasanya, sekitar 21oC. Makan siang, secangkir kopi hitam panas, dan pemandangan Gunung Batur; what a perfect life

Gunung Batur hanya terlihat samar. Sesekali kabut menghilang dan datang lagi. Lumayan lama aku dan teman-temanku nongki di sana. Betah. Kapan dan di mana lagi di Bali bisa menemukan tempat sesejuk ini. Namun, perjalanan harus tetap berlanjut. 




Segara Windhu. Tidak begitu jauh dari Kintamani, aku dan teman-teman diantar menuju ke Segara Windhu atau dikenal juga dengan kebun kopi. Di sini kami dipandu oleh salah satu staff tentang jenis-jenis kopi yang ditanam di sana, salah satunya kopi luwak. Setelah melewati kebun kopi mini, kami disuguhi 14 varian kopi dan teh gratis! 12 diantaranya adalah Herbal Tea, Gingseng Tea, Lemongrass Tea, Mangosteen Tea, Rosella Tea, Avocado Coffee, Toraja Arabica Coffee, Aceh Gayo Coffee, Kintamani Robusta Coffee, Vanila Coffee, Chocolate Coffee, dan Gingseng Coffee. 

Selain 14 varian kopi (dan maaf aku lupa dua diantaranya… hehehe), aku dan teman-teman juga membeli satu cangkir kopi luwak. Kata mbak-mbak yang antar kami berkeliling, kopi luwak dibagi menjadi dua, luwak betina dan jantan. Kopi luwak jantan biasanya lebih mahal dari kopi luwak betina. Jadi, kami memesan satu cangkir kopi luwak betina dengan harga Rp 50.000,- jika kami membeli satu cangkir kopi luwak jantan harus merogoh harga Rp 80.000,-. Aku sempat juga mencicipi tester coklat batangan di sana. Enak juga, ada yang isinya krim strawberry, mangga, dan kacang mede. Bagi yang suka minum kopi, tempat ini recommended banget dah!



Tirta Empul Tampaksiring. Selanjutnya, kemana kita? Tirta Empul Tampaksiring. Tempat permandian yang katanya dianggap suci. Terkhusus bagi para perempuan yang sedang berhalangan, mereka tidak dapat masuk ke dalam. Seperti permandian biasa sebenarnya, dan itu tergantung oleh setiap pribadi yang percaya atau tidak untuk melakukannya. Oh iya, untuk bisa masuk ke dalam, biasanya pihak pengelola akan menawarkan kain untuk dipakai selama di dalam, dan untuk masuk ke area Pura, bagi yang perempuan harus mengikat rambutnya. Ramai dan didominasi oleh wisatawan mancanegara. Uh nice! Hihihi….

Tegallalang Rice Terraces Ubud. Perjalanan satu hari itu ditutup di Tegallalang Rice Terraces Ubud. Aku dan teman-teman tidak kepikiran foto di sana… Huhuhu… karena mungkin sudah lelah hehehe… Jadi kami berempat hanya melihat-lihat saja dan jarang ditemukan di Jogja. Saat itu mungkin padinya sudah dipanen jadi tidak tampak hijau. Untuk info gambar, kalian bisa cari di Google yaa… 

Akhirnya kami kembali ke penginapan. Kali ini penginapan kami terletak di titik nol Kota Denpasar. Ramaiiiii betul! Bali terasa seperti kota metropolitan. Tapi ambil saja positifnya, mau ke Alfamart hanya berjalan mungkin 15 langkah, mau ke Gereja pun dekat, mau olahraga jogging? Tinggal jalan saja kurang lebih 500 meter menuju Lapangan Puputan. Dekat bukan? 

Perlu kalian ketahui, di Bali pukul 18.30 WITA seperti pukul 17.00 WIB di Jogja, masih terang benderang. Setelah sampai di penginapan, itu artinya berakhir sudah perjalanan kami dari Jimbaran menuju Ubud lalu ke Denpasar. Kami harus berpisah dengan bapak baik, Pak Dewa yang sudah mau antar kami berempat dolan-dolan mubeng Bali. Huhuhu…. Sehat terus ya Pak semoga bisa jumpa lagi. Matur Suksma.

***

Hari berikutnya, 31 Desember 2017, kemana kita? Saat itu hanya mampir ke rumah eyangnya Caca, dan kami disuguhi nasi Bali. Enak dengan sambal matah. Sedap deh, harus coba kalau kalian ke Bali. Agenda hari itu hanya berkunjung dan sore harinya kami akan ke Lapangan Puputan. Ada apa di sana?



 Denpasar Festival, Lapangan Puputan, dan Catur Muka. Di Lapangan Puputan sedang ada acara akhir tahun nih, Denpasar Festival yang diselenggarakan pada tanggal 28 Desember sampai 31 Desember 2017. Ramai hanya sedikit becek karena seharian hujan. Tapi keren malamnya tidak turun hujan. Ampuh ini pawangnya! Hahaha… Ada apa saja di Denpasar Festival? Orang jualan makanan, pakaian, mau cari sate babi? Ada! 

Kami jadi berlima di Denpasar Festival ini karena Caca mengajak sepupunya. Ada beberapa panggung pertunjukan di sini, seperti drama dan tari Bali. Kami berlima sudah stay di sana dari pukul 19.00 WITA. Tidak jauh ternyata dari penginapan, hanya mungkin karena padat pengunjung jadinya tampak jauh. 

Lapangan Puputan ini juga bersebelahan dengan Catur Muka, yakni sebuah patung yang memiliki empat wajah yang menghadap keempat arah mata angin. Ketika detik-detik penghitungan mundur menuju tahun baru 2018, kami seluruh pengunjung diharuskan untuk berkumpul di depan Patung Catur Muka. Satu jam menjelang tahun baru, ada pertunjukan Tari Kecak gratis. Hanya saja sedikit berbeda dengan Tari Kecak Uluwatu. Ada beberapa pejabat yang hadir di sini. Hingga akhirnya hitung mundur dimulai dan SELAMAT TAHUN BARU 2018. Jadi ini rasanya setahun di Bali hahaha….

***

Hari berikutnya, hari pertama di tahun 2018. Mau kemana kita? Mall lagi. Tapi kali ini mall yang kami kunjungi ada di dekat Pantai Kuta. Daerah Kuta macet parah! Di daerah sini memang banyak jalan searah, jadi jika mobil-mobil melintas langsung parah saja macetnya. Pergi ke mall mana kita?


Beachwalk Kuta. Yak Beachwalk Kuta, mall dengan pemandangan langsung Pantai Kuta dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Dari lantai atas, jika sempat, silahkan berselfie ria karena pemandangan yang disajikan tidak akan di jumpai di Jogja. Kalau ada pertanyaan, mall mana yang pertama kali kamu kunjungi di tahun 2018? Jawabannya Beachwalk Kuta. 



 Pantai Kuta dan Seminyak. Setelah dari Beachwalk Kuta kemana kita? Kurang seru kalau enggak ke Pantai Kuta. Benar? Katanya bukan ke Bali kalau tidak mampir ke pantai satu ini. Ketika masuk ke area Pantai Kuta, tujuan utama kami adalah ke Pantai Seminyak yang terletak tak jauh dari sini, hanya saja untuk ke sana dengan berjalan kaki ya butuh perjuangan. Kami berempat berjalan kurang lebih dua atau tiga kilometer untuk sampai di sana. Untuk apa? Menyaksikan sunset view pastinya. Lagi-lagi matahari terbenamnya tidak bulat sempurna karena didominasi mendung. Dari Seminyak ini pun kita juga bisa melihat bandara. Menikmati matahari tenggelam, sembari nongki, dan berselfie tentunya asyik dong.

Kurang lebih pukul 19.30 WITA, kami keluar dari area pantai. Pulang dan lagi-lagi kami mengaktifkan applikasi Go-car. Mencari driver di sana… Jujur saja sulit sekali. Kami di mana, driver di mana. Drivernya saja terjebak macet di Kuta dan beberapa kali cancel. Puas sekali kami nongki dua jam di Circle K hanya untuk mendapatkan driver. Hingga akhirnya jam tanganku menunjukkan pukul 22.00 WITA, akhirnya kami berhasil mendapatkan driver. Sampailah kami di penginapan.



 Pasar Seni Kumbasari, Erlangga 2, dan Tiara Dewata. H-2 pulang ke Jogja (sedih ternyata secepat ini… Huhuhu) saatnya shopping time!! Dan inilah di antaranya rekomendasi tempat-tempat murah untuk berbelanja, jika kalian gila belanja. Pasar Seni Kumbasari tidak jauh letaknya dari penginapan kami, karena lagi-lagi naik Grab dan harus memutar, jadi jauh rasanya. Pasar ini cukup lengkap alias semacam Beringharjo-nya Bali. Mirip sekali. Barang-barang yang dijual pun beragam. Di lantai satu ada baju, lantai dua dan tiga ada aksesoris khas Bali. Akupun tak mau ketinggalan membeli oleh-oleh di sini, salah satunya kain batik Bali.

Tujuan kedua adalah pusat oleh-oleh Erlangga 2. Sekalinya masuk sini pasti akan lebih gila belanja karena aku menemukan blazer seharga Rp 45.000,- murah kan? Tak hanya baju, ada beragam pernak-pernik dan juga makanan. Borong sist di sini… Hmmm… Aslinya di Erlangga 2 terdapat banyak barang murah, hanya mata harus jeli melihatnya.

Dan pemberhentian terakhir adalah Tiara Dewata. Aslinya kami tidak ada rencana untuk datang ke sini. Bagaimana awalnya bisa sampai ke sini? Jadi awalnya ada cerita lucu. Seorang teman dekatku sengaja titip Brem Bali, karena adanya kesalahpahaman di antara kami, aku pun luput untuk membelikannya Brem Bali. Brem ada dua jenis ya, makanan dan minuman. Ketika itu kami sudah sampai di penginapan sekitar pukul 19.30 WITA, langsung saja aku mengabari temanku ini. Ternyata pesanan yang dia pesan tidak sesuai, segeralah kami menuju ke Tiara Dewata yang katanya tutup pukul 21.00 WITA. Masuk, langsung tanya di mana bisa mendapatkan Brem Bali. Awalnya sedikit was-was ketika aku ingin membeli Brem Bali mengingat peraturan di bandara. Huft!!! 

Akhirnya aku beli tiga botol masing-masing 200ml. Masuk kamar, langsung bongkar koper untuk membungkus Brem Bali tersebut. Harap-harap cemas sebenarnya, akhirnya pasrah aku. Kalau misalnya di bandara disuruh buka koper, ya sudah dibuka saja daripada menimbulkan kecurigaan yang berlanjut. Benar?


Tol Bali Mandara. Keesokan harinya, tanggal 3 Januari 2018, H-1 pulang (beneran tidak mau pulang. Ah sedih. Betah aku di sini.). Kemana kita? Kembali ke Jimbaran, ke penginapan ketika kami pertama kali hadir di Bali. Ada sedikit request di sini, kami minta dilewatkan Tol Bali Mandara. Tol yang menyeberangi pinggiran laut. Adem deh lihatnya, hanya laut. Katanya lebih bagus pemandangan di sore hari, mungkin karena lampu-lampu sudah dinyalakan sehingga ada kesan tersendiri. 



Dan kembali lagi ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Bali, hari terakhir 4 Januari 2018. Sedih rasanya harus meninggalkan surga cantik di Indonesia bagian tengah ini. Oh iya aku belum memberitahu pukul berapa jadwal penerbanganku, yakni pukul 07.15 WITA dan sampai di Jogja pukul 07.50 WIB. Jadi ini rasanya penerbangan pagi, ketika kamu harus bangun subuh pukul 03.00 WITA dan segera mandi. Sepat mengganjal perut dengan roti karena tepat pukul 04.30 WITA taksi sudah menjemput. (FYI, jika kalian menginap di daerah Jimbaran dan misalnya akan melakukan penerbangan pagi sepertiku, kalian pesan saja taksi BlueBird.).

Dari Jimbaran ke bandara dengan menggunakan taksi dikenai biaya sekitar Rp 50.000,- mereka taksi jujur kok, jadi tenang saja. Bandara masih gelap, gerbang keberangkatan domestik baru dibuka pukul 05.00 WITA dan aku sampai di sana pukul 04.40 WITA… Hahaha… setelah dibuka, inilah sesi mendebarkan! Brem Baliku terdeteksi apa tidak? Hmmm… Karena salah satu temanku, Lintang, membawa empat botol Brem Bali dan kopernya sempat berhenti ketika sinar X-Ray mendeteksi. Mampus saja kan kalau disuruh buka. Tapi Puji Tuhan, aman. Dan di situlah aku menyesal kenapa hanya beli tiga botol. Ah sudahlah…

Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, seberapa luasnya? Lagi-lagi seluas mall. Kapan Jogja punya bandara seluas ini? Hahaha… Hitung-hitung olahraga lah ya masuk bandara ini. Kami menunggu di Gate 4, lagi-lagi disajikan dengan sunrise view. What a amazing view ever

Tepat setengah jam sebelum keberangkatan, kami harus segera masuk pesawat. Bali, the amazing heaven and memories. As Pak Dewa said before, “Bali, comes from the word “kembali” which means if you once came to Bali, you will come back again.” Dan tak lupa sebelum kami berangkat, Lintang sempat mengabari Pak Dewa kalau kami akan pulang, 

Good morning Pak Dewa, today, my friends and I will be back to Yogyakarta. Thank you for accompanying us in Bali. Such a great moment to know more about Bali.”

Thanks to all of you to use my service. Have a nice flight.

***



Dan akhirnya Jogja di pagi hari dengan pemandangan Gunung Merapi yang tertutup awan. Dari atas situlah aku bisa melihat Monumen Jogja Kembali, Tugu Jogja, dan Universitas Sanata Dharma. Jogja, aku pulang ke kotamu.


Matur Suksma


Denpasar, 28 Desember 2017-4 Januari 2018
Maria Ardianti Kurnia Sari

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

If We Hold On Together