Pencapaianku di Tahun 2017


Hallo… sebelum aku memulai untuk bercerita, aku ingin mengucapkan selamat tahun baru 2018, semoga tahun baru ini bisa membawa berkat bagi kalian semua. :))
***
Tahun baru… identik dengan berbagai macam resolusi yang hendak dicapai di tahun itu. Tahun lalu, 2017, aku juga memiliki berbagai impian yang hendak aku capai. Mungkin ketika aku ditanya, “Apa resolusimu di tahun 2017?” Aku hanya akan menjawab, “Dimudahkan dan dilancarkan dalam segala hal.”
Ada beberapa hal, yang salah satunya adalah aku ingin lulus kuliah tepat waktu. Selain itu, berikut pencapaian yang aku capai setahun kemarin, 2017…

Nulis buku kedua. Menulis. Aku memang mempunyai bakat dibidang ini. Seru aja bisa berbagi dengan orang lain melalui tulisan. Mungkin dari beberapa kalimat yang tertulis terkadang mengena, terkadang menyindir, tetapi itu tergantung dari pribadi masing-masing yang membaca. Buku kedua, aku menerbitkan buku kedua meskipun belum murni buku karya sendiri. Hanya sekadar iseng ikut sayembara dan Puji Tuhan cerita pendek yang aku tulis masuk dalam nominasi. Jika terpilih menjadi nominator, cerita pendek ataupun puisi akan dimuat dan dijadikan buku. Sayembara ini diberi nama Sayembara Pena Kita. Sayembara yang aku ikuti merupakan sayembara ditingkat Jawa Tengah namun berbasis nasional. Beruntung sekali rasanya bisa menjadi bagian dari mereka, memiliki buku dan di sana terdapat tulisanmu yang dimuat. Suatu kebanggaan tersendiri. Oh iya, judul buku tersebut adalah Sebuah Cerita Tentang Menangkap

Skripsi. Satu kata yang memiliki banyak makna, bahkan sampai dibuat meme. Di sini aku menemukan perjuangan yang sesungguhnya. Konsistensi itu perlu. Oh iya, perlu diketahui kalau aku membuat skripsi full Bahasa Inggris, kecuali dibagian abstrak. Kurang apa coba? Lagi-lagi mungkin masalah content dan grammar. Ternyata menulis skripsi tidak sesulit yang dibayangkan, asalkan rajin. Itu saja kuncinya. Satu bulan… dua bulan… tiga bulan… dan mungkin setengah tahun alias satu semester yang aku butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Di saat beberapa teman sudah menyandang status sarjana dan cumlaude, aku masih saja berkutat dengan skripsi. Ada sedikit motivasi dari mereka, mengingat sudah hampir empat tahun di tingkat universitas. Skripsi, hal ini aku jadikan bonus. Anggap saja seolah menjadi buku ketiga. Hal itu begitu terasa ketika aku sudah mencetaknya dalam bentuk hard cover. Hasil perjuangan selama empat tahun, sungguh bonus yang luar biasa.

Pendadaran. Ini adalah satu momen yang ditunggu-tunggu ketika sudah mencapai tingkat akhir skripsi. Awalnya aku takut dengan satu kata ini, namun setelah melihat beberapa teman bahwa pendadaran semudah itu, aku menghilangkan ketakutanku. Tidak se-menakutkan yang dikira. Dan perlu diketahui juga, pendadaran pun harus full menggunakan Bahasa Inggris. Jalani saja, batinku, semua akan berlalu dengan cepat. Waktu itu tanggal 16 Oktober 2017 dalam waktu 50 menit aku menyelesaikan pendadaran ini. Campur aduk rasanya hingga aku bertanya-tanya, “Itu tadi aku?” yah begitulah… semua memang perlu perjuangan untuk bisa mencapai apa yang kita inginkan. Di saat menjelang pendadaran inilah aku merasa ada banyak orang yang mencintaiku, mendoakanku untuk kelancaran-kelancaran di dalam ruang sidang. Banyak juga teman yang mencintaiku ketika mereka datang, membawakan bunga, makanan, dan hadiah-hadiah yang begitu banyak. Hadiah bukanlah hal yang utama, namun yang terpenting adalah dukungan dari mereka yang datang dan yang mendoakan.

Naik pesawat. Dibagian ini mungkin agak lucu. Jujur saja, aku belum pernah naik pesawat. Kalau lihat pesawat sudah sering, mendongak saja ke langit nanti juga ada pesawat yang lewat. Haha…. awalnya aku mempunyai satu rencana, entah ini rencana yang matang atau dadakan. Ingin rasanya pergi ke Bali setelah pendadaran, meskipun hanya sekadar main. Bisa dikatakan sebagai reward atau entahlah. Tadinya aku berencana untuk pergi ke Bali seorang diri, menginap di salah satu rumah teman dan mengeksplor Bali. Namun di tengah impian itu, ada sedikit kendala karena teman dekatku ini pulang ke Bali pada bulan Desember. Pupus sudah, pikirku, karena di bulan Desember aku merayakan Natal. Namun…. ada satu hal yang mengejutkan, temanku yang lain iseng saja mengatakan, “Ayo ke Malang.” Aku sempat berpikir, di Malang nanti akan menginap di mana, objek wisata apa saja yang nantinya hendak dikunjungi. Pada akhirnya aku mengatakan langsung Bali saja. Dan setelah rencana iseng menjadi rencana dadakan, kami langsung memesan tiket pesawat sebulan sebelum keberangkatan. Kalau ditanya, kesan pertama naik pesawat ya… seru… hanya saja saat keberangkatan, aku dan dua temanku memilih jadwal penerbangan malam sehingga kami tidak bisa menikmati pemandangan meskipun hanya terlihat ada cahaya dsri lampu-lampu jauh di bawah sana.

Bali. Menjadi kata yang di-bold terakhir pada paragraf ini. Siapa yang tidak tahu dengan pulau cantik satu ini? Bahkan terkadang orang asing akan bertanya, “Indonesia itu di mananya Bali?” Pertama kali aku ke Bali ketika study tour SMP, sudah sembilan tahun yang lalu, namun kali ini aku ingin menikmati Bali dengan cara yang berbeda. Spontan saja mau kemana. Aku dan dua orang temanku akhirnya pergi ke sana, dan di lain hari aku berjumpa dengan seorang teman yang lainnya, dan pada akhirnya kami berempat menikmati pulau ini dengan cara yang unik, bertemu dengan orang-orang unik yang tanpa sengaja menawarkan untuk mengantarkan kami menuju tempat-tempat wisata di sana. Seru!

**(cerita tentang Bali nanti akan bersambung pada blog berikutnya dengan judul Holiday. Why did I choose Bali?)**

***
Tahun 2017 menjadi tahun yang mengajariku untuk selalu bersyukur. Terkadang apa yang kita rencanakan belum tentu akan terjadi, namun pasti akan ada cara lain yang tidak mungkin untuk tidak terjadi. Jika ada kesepatan-kesempatan yang terbuka, beranilah untuk menangkapnya karena kesempatan itu akan diuji dengan seberapa banyak kita bersyukur untuk mau mewujudkannya.

Dan sampai pada paragraf terakhir, jika aku ditanya kembali, “Apa resolusimu di tahun 2018, Sar?” Jawabanku akan tetap sama seperti tahun sebelumnya, “Dimudahkan dan dilancarkan dalam segala hal.”
Selamat menjalani tahun 2018…

Bali, 1 Januari 2018
Maria Ardianti Kurnia Sari

Popular posts from this blog

Filosofi Stik Es Krim

Gelang Tridatu: Menyimpan Filosofi Unik dalam Masyarakat Hindu Bali

Doa Harian Ibu Teresa