Waktu adalah Uang. Yakin?
Orang Indonesia identik dengan kata “terlambat”.
Entah apa yang membuat sebagian besar orang sering terlambat, apakah karena
ketidaktegasan peraturan yang telah dibuat? Penundaan. Mungkin itu adalah salah
satu kata yang tepat untuk menggambarkan situasi di mana orang Indonesia sering
melakukannya. Budaya “besok” yang seolah-olah akan terwujud dalam sehari
semalam. Besok aja aku kerjain tugasnya,
besok aja aku ini itu, besok bakalan ngebut begadang buat ngerjain laporan,
dan lain-lain.
Jatah terlambat, terkadang juga sering
dimanfaatkan ketika memiliki rencana untuk berkumpul bersama kelompok kecil,
entah untuk bersama-sama mengerjakan tugas atau mengerjakan laporan akhir. Hal ini
sering sekali terjadi di sekitar kita. Misalnya saja ketika menjanjikan bertemu
pukul 10:00 pagi. Dapat dipastikan, orang Indonesia akan datang pukul 10:30
atau pukul 11:00 atau juga pukul 11:30. Satu jam terlambat! Satu kata:
KETERLALUAN. Kalau alasan yang diberikan berarti, masih baik diberi toleransi. Kalau
hanya masalah membayar dispensasi uang kuliah misalnya, mengapa dia tidak
datang lebih awal?
WAKTU ADALAH UANG! Itu yang sering
orang-orang katakan ketika berbicara masalah waktu dan uang. Namun ternyata itu
SALAH BESAR. Apa sih pentingnya waktu? Hanya uang? TIDAK! WAKTU ADALAH HIDUPMU! Hal ini benar kalau kita main logika.
Mengapa? Bayangkan saja, kalau hidup kita tidak berharga apakah kita bisa
mengerjakan ini itu? Hayo….
Sebenarnya menggunakan jatah terlambat
sama dengan sudah merugikan hidup kita sendiri. Mengapa? Karena selama waktu
menunggu untuk berkumpul, kita bisa saja melakukan hal yang lebih bermakna. Misalnya?
Membaca buku, menulis, atau mencicil hal bermanfaat lainnya. Selama proses
menunggu itulah kita bisa memanfaatkan kesempatan untuk menambah pengetahuan
yang mungkin saja tidak digunakan kebanyakan orang, terutama di Indonesia. Orang
Indonesia akan cenderung memainkan, menunduk, dan mengecek ponsel pintar mereka
untuk memanfaatkan waktu luang. Kalau dipikir-pikir merugikan juga ya?
Maka gunakanlah waktu untuk hidupmu yang
entah sampai kapan kau dapat melakukan hobi dan hal-hal yang kau senangi.
Maria Ardianti
Kurnia Sari
Yogyakarta, 14
Desember 2016
07:17 WIB